Mengenal Proyek Dragonfly, Uji Pesawat Tanpa Pilot Airbus

CNN Indonesia
Senin, 03 Jul 2023 21:00 WIB
Airbus berinovasi dengan menciptakan pesawat tanpa pilot. Bagaimana mekanismenya?
Ilustrasi. Airbus menciptakan pesawat tanpa pilot yang disebut Dragonfly. (Tangkapan layar web airbus.com)
Jakarta, CNN Indonesia --

Airbus baru-baru ini merampungkan uji coba pesawat tanpa pilotnya yang diberi nama proyek Dragonfly.

Teknologi dalam proyek ini nantinya akan berguna untuk membantu pilot dalam berbagai situasi penerbangan, mulai dari proses taksi hingga pendaratan.

Selama 50 tahun terakhir, otomatisasi dalam penerbangan telah mengubah peran pilot. Pasalnya, saat ini pilot telah mendapat banyak bantuan dari teknologi di kokpit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Project Dragonfly yang dilakukan pada model Airbus A350-1000 memperluas kemampuan otonomi pesawat lebih jauh lagi.

Proyek ini sendiri berfokus pada tiga area, yakni pendaratan otomatis yang lebih baik, bantuan taksi, dan pengalihan darurat otomatis.

Dikutip dari BBC, Chief Test Pilot pesawat komersial Airbus Malcolm Ridley menyebut risiko terlibat dalam kecelakaan udara "sangat kecil".

Namun, pesawat dan kru harus siap menghadapi skenario apa pun, sehingga Project Dragonfly menguji sistem pendaratan darurat otomatis untuk mengantisipasi skenario semacm itu.

Konsepnya adalah teknologi Dragonfly akan mengambil alih jika pilot harus fokus pada pengambilan keputusan yang berat atau jika mereka benar-benar tidak mampu.

Di bawah kendali autopilot, pesawat dapat turun dan mendarat, sambil mengenali pesawat lain, cuaca, dan medan di sekitarnya.

Sistem ini juga memungkinkan pesawat untuk berbicara dengan kontrol lalu lintas udara melalui radio dengan suara sintetis yang dibuat melalui penggunaan kecerdasan buatan.

Perancang Operasi Darurat Otomatis Miguel Mendes Dias mengatakan salah satu tantangan untuk teknologi ini adalah mengajarkan sistem untuk memahami semua informasi dan menciptakan solusi.

"Pesawat perlu, dengan sendirinya, memulihkan semua informasi. Jadi, pesawat perlu mendengarkan pesan bandara dari kontrol lalu lintas udara," katanya.

"Kemudian pesawat harus memilih bandara yang paling sesuai untuk pengalihan," imbuhnya.

Project Dragonfly berhasil melakukan dua kali pendaratan darurat yang sukses.

Selama penerbangan uji coba, pengendali lalu lintas udara Prancis sepenuhnya memahami situasi dan pesawat mendarat dengan selamat.

Terpisah, Stephane Fymat yang mengepalai Urban Air Mobility (UAM) dan Unmanned Aerial Systems (UAS) di Honeywell menyebut perusahaan manufaktur pesawat terbang awalnya tetap menyediakan pilot di kokpit, tetapi kelak akan menghilangkan elemen tersebut setelah teknologi otonom semakin berkembang.

"Pada dasarnya, sebagian besar dari mereka akan memulai dengan pilot sekarang dan beralih ke tanpa pilot," kata Fymat, seperti dikutip dari Forbes.

"Beberapa dari mereka ingin melakukannya dalam waktu empat atau lima tahun dan beberapa lainnya berpikir bahwa hal ini akan memakan waktu hingga 10 tahun," tambahnya merujuk pada sejumlah klien Honeywell.

Honeywell sendiri memiliki sejarah panjang dalam memproduksi sistem autopilot untuk jet Boeing Dreamliners, Gulfstream, dan Embraer, serta sejumlah pesawat terbang lainnya.

(lom/lth)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER