Viral ajakan untuk kembali ke Twitter dari orang-orang yang sudah mencoba Threads. Pasalnya, isi app milik Meta itu memprioritaskan selebgram.
Threads, yang dituding sebagai peniru Twitter, sendiri dirilis resmi secara global, kecuali di Uni Eropa, pada Kamis (6/7) pagi. Akun Instagram dibutuhkan untuk mengaksesnya. Brand-brand dan selebritas pun menjadi penghuni awal medsos tersebut.
Ragam keluhan soal konten pun mengemuka. Percobaan yang dilakukan CNNIndonesia.com, Threads banyak menyajikan konten dari akun-akun yang tidak di-folllow meski tidak ada teman yang merepost atau menyukai konten tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Linimasa Threads sendiri sejauh ini tak memberi opsi feed yang direkomendasikan dan yang berasal dari akun yang kita follow. Semuanya campur jadi satu berdasarkan mungkin rekomendasi algoritma Meta.
Beberapa pihak lain yang mencobanya mengaku banyak mendapat rekomendasi yang berisi akun-akun selebgram alias yang berpengikut banyak di Instagram.
"balik main twitter lagi aja gais, di sebelah artis sama selebgramnya lebih dinotis karena sanggup bagi2 duit, hp, motor," kicau akun Twitter @jek___, salah satu selebtwit.
Unggahan itu diamini ribuan warganet. Mereka sama-sama mengeluhkan isi Threads yang didominasi seleb.
"Disebelah kita kalah sama para centang biru. Apalah kita yang cuma centong warteg," kicau akun @EkgiAchmad.
""Artis" pada nyari pasarr tuhhh," imbuh akun @andi_zaiful.
"Lg pada sibuk giveaway biar followers naik wkwkwk," respons @aniiways.
Dikutip dari The Verge, 'vibe'-nya Threads jelas beda dengan Twitter. Satu-satunya feed yang tersedia adalah umpan algoritmik, dan umpan itu sudah dibanjiri selebritas dan brand.
Nyaris tak ada konten-kontek 'keras' seperti politik.
Bos Instagram Adam Mosseri, via Threads, mengakui fokus pihaknya memang pada bidang semacam hiburan, fashion, kecantikan.
Pasalnya, kata dia, pengawasan tambahan, negativitas, dan risiko integritas dari politik dan berita keras tidak sebanding dengan "keterlibatan atau pendapatan tambahan."
"Ada lebih dari cukup komunitas yang luar biasa - olahraga, musik, fesyen, kecantikan, hiburan, dll. - untuk membuat platform yang dinamis tanpa perlu terlibat dalam politik atau hard news."
Dalam beberapa tahun terakhir, Meta memang menjauhkan diri dari berita dan politik, termasuk mengurangi jumlah konten politik yang dilihat pengguna di Facebook.
Bahkan, perusahaan menghapus "Berita" dari nama Feed Facebook tahun lalu. Perusahaan juga merespons undang-undang baru Kanada yang mengharuskannya membayar berita lokal dengan rencana penarikan berita dari Facebook dan Instagram di negara tersebut.
Meski demikian, Mosseri mengklarifikasi tanggapan awalnya dengan menyatakan bahwa sementara Threads tidak akan "menghalangi atau menurunkan peringkat berita atau politik."
"Jika kita jujur, kita terlalu cepat menjanjikan terlalu banyak kepada industri di Facebook pada awal 2010-an, dan akan menjadi kesalahan untuk mengulanginya," kata Mosseri.
Mosseri pun menegaskan bahwa Threads bukan pengganti Twitter.
"Tujuannya bukan untuk menggantikan Twitter. Tujuannya adalah untuk membuat arena publik bagi komunitas di Instagram yang tidak pernah benar-benar merangkul Twitter," klaim dia.
"Dan untuk komunitas di Twitter (dan platform lain) yang tertarik pada tempat bercakap yang lebih sedikit kemarahan, tetapi tidak semua soal Twitter," tandasnya.
(tim/arh)