Ke Mana IOD, Fenomena yang Diprediksi Bikin Kemarau Semakin Kering?

CNN Indonesia
Jumat, 14 Jul 2023 07:08 WIB
IOD yang menyebabkan musim kemarau semakin kering masih dalam kondisi netral. Apakah itu berarti IOD tak akan muncul?
Ilustrasi. IOD masih dalam kondisi netral. (iStockphoto/izzzy71)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena pemanasan muka laut Samudera Hindia yang dapat menyebabkan musim kemarau semakin kering, sejauh ini masih dalam kondisi netral. Ada apa?

Pada 6 Juni, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan kemarau kering seperti 2019 potensial terjadi akibat intensitas fenomena El Nino semakin menguat dan IOD terdeteksi semakin mengarah positif.

Kombinasi El Nino dan IOD yang menguat itu, kata dia, mengakibatkan kondisi kemarau lebih kering.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Intensitas El Nino semakin menguat. BMKG mendeteksi IOD yang semakin menguat ke arah positif yang artinya seperti fenomena yang terjadi seperti 2019 di mana IOD menguat dan mengakibatkan kondisi kering lebih kering di wilayah Indonesia," ujar dia dalam konferensi pers daring, Selasa (6/6).

Namun, per awal Juli, faktor-faktor global yang berpengaruh pada turunnya hujan itu masih belum signifikan. Curah hujan pun masih basah.

Dikutip dari data BMKG, Indeks Osilasi Selatan (SOI) nilainya +3.6, Indeks NINO 3.4 (yang menunjukkan kadara El Nino) baru +0.94, dan Dipole Mode Index(DMI), yang merepresentasikan IOD, bernilai -0.21.

Masih netral

Dikutip dari Bureau of Meteorology (BoM) Australia, IOD merupakan perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah (atau kutub/dipol). 'Kutub' barat ada di Laut Arab (Samudra Hindia barat), dan 'kutub' timur di Samudera Hindia timur di selatan Indonesia.

IOD mempengaruhi iklim negara-negara yang mengelilingi Cekungan Samudera Hindia dan merupakan kontributor yang signifikan terhadap variasi curah hujan area ini.

Dihubungi lebih lanjut, Dwikorita mengakui IOD masih dalam fase netral.

"Analisis data suhu muka laut di Samudra Pasifik memang menunjukkan bahwa IOD belum terjadi, ditunjukkan oleh Indeks IOD yang masih berada pada fase netral pada Juni 2023," kata dia, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (11/7).

Kendati demikian, Dwikorita mengungkap IOD berpeluang besar terjadi pada periode Juli-Agustus.

"Berbagai model prakiraan yang dikembangkan oleh lembaga meteorologi termasuk BMKG, memprediksi IOD positif akan mulai terjadi pada periode Juli-Agustus 2023 dan dapat berlangsung hingga akhir tahun 2023," kata dia.

Untuk El Nino, ia mengungkap fenomena itu Nino belum signifikan karena "baru berlangsung satu bulan."

"Hal ini disebabkan karena atmosfer belum merespon terhadap penyimpangan suhu muka laut yang terjadi di Samudra Pasifik."

Saat datang bersamaan, IOD dan El Nino bakal memberi dampak yang lebih signifikan.

"Ketika El Nino terjadi bersamaan dengan IOD, umumnya akan memberikan dampak yang lebih siginfikan," kata Dwikorita.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER