Pakar Ungkap Konsekuensi Bercinta di Luar Angkasa

CNN Indonesia
Sabtu, 22 Jul 2023 07:44 WIB
Bercinta di luar angkasa ternyata punya konsekuensi panjang buat kelangsungan hidup. Simak paparan ahli berikut.
Ilustrasi. Kian maraknya perjalanan wisata antariksa memicu kerisauan soal efek hubungan seks di luar angkasa. (nasa.gov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Berhubungan seksual, yang merupakan bagian dari upaya mencegah manusia dari kepunahan, nyatanya bisa berdampak sebaliknya jika dilakukan di luar angkasa. Hal ini terkait dengan masalah keterbatasan penunjang kehidupan.

Isu ini mengemuka setelah perusahaan milik miliarder Elon Musk dan Jeff Bezos mewujudkan wisata keluar angkasa tanpa perlu jadi astronaut terlatih lebih dulu. Peluncuran wisata ini dipercaya bakal segera diikuti oleh aktivitas seks pertama di luar angkasa.

Hal ini kemudian menjadi landasan penelitian oleh David Cullen, Profesor Teknologi Bioanalitik dari Universitas Cranfield, dan rekan-rekannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah meneliti masalah ini, saya dan rekan-rekan percaya bahwa perusahaan pariwisata luar angkasa belum cukup siap menghadapi konsekuensi dari orang-orang yang bergabung dengan apa yang kami sebut 'Klub Garis Karman'," tulis Cullen, mengutip The Conversation, Jumat (21/7).

Garis Karman merupakan batas 100 km di atas permukaan laut rata-rata yang membatasi atmosfer Bumi dan permulaan ruang angkasa, mengutip Space.

Seks luar angkasa perdana

NASA menyebut sejauh ini belum pernah ada manusia yang melakukan seks di luar angkasa. Astronaut AS pun sering menghindari subjek tersebut.

Namun, Cullen mengungkap bahwa perjalanan luar angkasa yang tidak lagi diperuntukan untuk astronaut profesional tapi juga turis bisa mengubah hal tersebut.

Menurut dia, para turis ini memiliki beragam motivasi untuk ikut perjalanan keluar dari bumi, salah satunya bercinta di luar angkasa.

"Kami menyimpulkan bahwa seks di luar angkasa mungkin akan terjadi dalam sepuluh tahun ke depan," ungkapnya.

Apa konsekuensinya?

Kekhawatiran sesungguhnya ilmuwan bukan pada interaksi seksualnya, tapi terjadinya pembuahan buntut reproduksi manusia di luar angkasa.

Memang sejauh ini belum perlu risau soal mengandung bahkan melahirkan di luar angkasa yang berarti menambah kru pesawat. 

Dengan asumsi penerbangan wisata luar angkasa berlangsung selama berhari-hari hingga berminggu-minggu, bisa jadi cuma fase awal reproduksi manusia yang dapat terjadi di luar angkasa.

Sejauh ini juga industri pariwisata luar angkasa kelihatannya tidak mempertimbangkan kehamilan yang tidak diketahui atau disembunyikan. Walaupun ada ketentuan bahwa penumpang tidak akan diizinkan menaiki pesawat komersial jika sedang hamil.

Terkadang, perempuan juga tidak menyadari bahwa mereka sedang mengandung.

Masalahnya, diprediksi bakal ada efek lanjutan bagi fisik janin dalam kondisi tanpa bobot alias zero gravity dan peningkatan radiasi pengion di angkasa.

Dari hasil penelitian menunjukkan astronaut yang menghabiskan waktu lama di luar angkasa dapat mengalami tulang dan otot yang lebih lemah, karena tubuh mereka tidak lagi harus melawan gaya gravitasi. Di Bumi, gravitasi mempengaruhi distribusi cairan tubuh, seperti darah.

Kurangnya gravitasi juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak yang dapat membuat penglihatan orang kabur dan bahkan mengubah struktur otak.

Eksperimen terbatas pada embrio tikus, termasuk yang menggunakan inkubator mini di satelit, telah menunjukkan perubahan viabilitas embrio setelah terpapar ke luar angkasa.

"Secara efektif tidak ada pengetahuan tentang dampak pada reproduksi manusia, tapi kita dapat berasumsi bahwa akan ada efeknya," ujar Cullen.

"Oleh karena itu, ada potensi kelainan perkembangan yang tidak diketahui pada embrio manusia yang dikandung di luar angkasa. Selain itu, dapat terjadi peningkatan risiko kehamilan ektopik pada kondisi tanpa bobot (ketika embrio menempel di luar rahim, misalnya di saluran tuba)," kata dia menambahkan.

Bahkan, jika bercinta di luar angkasa menggunakan kontrasepsi, ia tidak meyakini itu akan seefektif di luar Bumi. Belum ada penelitian tentang bagaimana kontrasepsi akan dipengaruhi oleh lingkungan luar angkasa.

Tanggung jawab

Industri wisata luar angkasa, tentu ada risiko komersial litigasi, hancurnya reputasi, dan kerugian finansial apabila ada perempuan hamil selama perjalanan, serta masalah etika dan hak reproduksi.

Riset Cullen dan kawan-kawan menemukan sedikit bukti bahwa sektor ini harus mengambil langkah-langkah untuk memitigasi risiko ini.

Selain itu, ada juga sisi gelap yang perlu dipertimbangkan, seperti risiko kekerasan seksual di luar angkasa. Bayangkan, mencoba menghindari rayuan sesama penumpang atau staf selama penerbangan luar angkasa.

"Anda akan benar-benar terjebak."

Menurut Cullen, industri pariwisata luar angkasa dan pihak terkait lainnya harus segera berkumpul untuk membahas masalah ini dan merumuskan strategi untuk melindungi semua pihak yang terlibat.

[Gambas:Video CNN]



(dmi/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER