Salah satu lokasi di Gurun Atacama, Andes, Chile, menjadi titik di Bumi yang menerima cahaya Matahari sebanding dengan permukaan Venus, planet kedua di Tata Surya.
Studi dari para peneliti iklim dari berbagai universitas dan lembaga meteorologi dunia yang diterbitkan pada 3 Juli di jurnal Bulletin of the American Meteorological Society, menyebut titik itu adalah Altiplano di dataran tinggi Chajnantor yang gersang di dekat pegunungan Andes.
"Pengukuran kami memvalidasi prakiraan satelit yang menunjuk Altiplano, Gurun Atacama, sebagai wilayah yang paling banyak terkena radiasi di Bumi," tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun biasanya dingin dan kering, daerah yang cerah ini berada di ketinggian sekitar 4.000 meter. Wilayah itu mendapat lebih banyak sinar matahari daripada tempat-tempat yang lebih dekat ke khatulistiwa atau di ketinggian yang lebih tinggi.
Para ilmuwan mengukurnya berdasarkan radiasi Matahari (keluaran/output energi cahaya dari Matahari ke Bumi). Altiplano membuat rekor dunia dengan radiasi Matahari 2.177 watt per meter persegi.
Sebagai perbandingan, radiasi di bagian atas atmosfer Bumi adalah sekitar 1.360 watt per meter persegi.
"Ini sebenarnya adalah radiasi yang akan Anda terima di musim panas jika Anda berdiri di Venus," kata Raul Cordero, penulis utama studi dan ahli iklim di University of Groningen di Belanda, kepada The Washington Post.
Ini merupakan perbandingan yang terbilang 'luar biasa' mengingat Venus berada sekitar 28 persen lebih dekat ke matahari daripada Bumi.
Rata-rata penyinaran matahari di dataran tinggi tersebut adalah sekitar 308 watt per meter persegi, angka yang memecahkan rekor dunia yang dua kali lebih tinggi daripada yang tercatat di Eropa Tengah dan Pantai Timur AS.
Gurun Atacama ini terbilang istimewa karena merupakan gurun tertua di Bumi, gurun terkering di luar kutub, dan sebagai tempat yang paling jernih untuk melihat langit malam.
Altiplano Chile juga menonjol karena pancaran sinar Matahari atau keluaran energi cahaya yang dipancarkan dari Matahari ke Bumi.
Seiji Kato, seorang ilmuwan atmosfer di NASA yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengungkapkan faktor ketinggian berpengaruh terhadap jumlah paparan Matahari di Altiplano.
"Ketika sinar Matahari ditransmisikan melalui atmosfer, sinar tersebut diserap oleh uap air dan disebarkan oleh awan dan aerosol," ujarnya.
"Namun, lokasi dengan ketinggian tinggi yang berada di atas lapisan uap air dan memiliki lebih sedikit awan dan aerosol akan menerima lebih banyak sinar matahari."
Alasan lain mengapa Chile sangat cerah adalah karena lokasi geografisnya yang berada di Belahan Bumi Selatan.
Hal ini terutama terjadi pada musim panas ketika orbit Bumi lebih dekat ke Matahari (perihelion), awal Januari. Fenomena ini yang menghasilkan lonjakan penyinaran Matahari 7 persen lebih tinggi di belahan Bumi selatan dibandingkan dengan Belahan Bumi Utara.
Meski mendapat sinar matahari yang berlimpah, jumlah paparan sinar yang banyak ini memiliki sisi negatifnya.
"Jika Anda terpapar pada bahaya radiasi yang tinggi, Anda harus melindungi kulit Anda," kata Cordero.
"Di lokasi khusus ini, bagi orang-orang yang bekerja di sana mereka sadar bahwa radiasinya tinggi, tapi sekarang kita tahu seberapa tinggi," tuturnya dikutip dari LiveScience.
(can/arh)