Badai Matahari akibat lontaran massa korona (coronal mass ejection/CME) diperkirakan akan menghantam Bumi pada Kamis (14/4) dengan kecepatan 429 hingga 575 kilometer per detik.
Sebelumnya, lontaran massa korona tersebut telah melemparkan plasma dan radiasi intensitas tinggi ke wilayah planet dalam, atau wilayah Merkurius dan Venus pada Rabu (6/4) dan Kamis (7/4).
Korona adalah bagian terluar dari atmosfer matahari dengan ciri temperatur tinggi dan massa jenis rendah. Sementara, CME adalah lontaran besar plasma dan medan magnet dari bagian korona ini. Penyebabnya masih diperdebatkan.
Observatorium Dinamika Matahari NASA menangkap lontaran massa korona dari bagian bintik Matahari yang disebut AR2987. Lontaran massa tersebut terlihat mengarah langsung ke Bumi.
Menurut SpaceWeather, CME meluncur tak lama setelah ledakan. Para ahli memperkirakan hantaman dari CME itu mungkin menyebabkan gangguan geomagnetik kelas G2.
Dilansir dari Mashable, CME umumnya membutuhkan beberapa hari untuk mencapai Bumi, meski beberapa di antaranya yang berintensitas sangat kuat dapat mencapai Bumi dalam waktu 18 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika CME menghantam medan magnet Bumi, akan terjadi gangguan besar di magnetosfer karena aliran energi dari angin Matahari ke lingkungan luar angkasa di sekitar Bumi. Fenomena ini disebut sebagai badai geomagnetik.
Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) dari Pusat Prediksi Cuaca Antariksa mengkonfirmasi fenomena tersebut dan memperingatkan akan terjadinya badai geomagnetik kelas G2 pada Kamis (14/4) dan risiko badai radiasi Matahari pada Rabu (13/4).
Ketika badai geomagnetik terjadi di medan magnet bumi, hal tersebut dapat menyebabkan padamnya gelombang radio. Badai yang menghantam transformator secara langsung dapat menyebabkan pemadaman listrik.