Viral Embun Es di Gunung Gede Hingga Merbabu, Ahli Paparkan Sebabnya

CNN Indonesia
Rabu, 02 Agu 2023 16:34 WIB
Fenomena embus es di sejumlah gunung di Indonesia muncul beberapa hari terakhir, salah satunya terjadi di Gunung Gede Pangrango
Ilustrasi. BMKG mengungkap suhu yang terasa lebih dingin di beberapa wilayah Jawa, termasuk Bandung, Jawa Barat, terkait dengan minimnya tutupan awan. (Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu menambahkan suhu udara dingin ekstrem pada malam hingga dini hari di daerah dataran tinggi terkait pula dengan minimnya awan saat kemarau.

"Suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni pada malam hari. Saat musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan. Akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal," kata dia, Rabu (19/7), dikutip dari detikcom.

Pada malam, katanya, Bumi melepaskan energi. Lantaran tak ada tutupan awan (langit cerah tanpa awan), pada malam hingga dini hari radiasi yang disimpan di permukaan Bumi secara maksimal dilepas ke angkasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari," jelas Rahayu.

Ia juga mengungkap pengaruh angin musim dingin dari Australia.

"Terdapat pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia, atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia," tambahnya.

Rahayu memprediksi fenomena suhu dingin ini akan memudar di awal bulan depan.  

"Fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2023. Pada awal September akan berangsur menghangat kembali," terang Rahayu.

Fenomena suhu lebih dingin di malam hari bukan fenomena baru, melainkan terjadi setiap tahun.

Pada 2021, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal kala itu juga memberi penjelasan mengenai suhu dingin yang terjadi di wilayah Pulau Jawa.

Herizal mengatakan pada Juli wilayah Australia berada dalam periode musim dingin dan adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

"Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin," kata dia, dikutip dari laman BMKG.

"Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," imbuhnya.

Herizal menyebut fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini juga yang dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.

Infografis Kamus Pemanasan GlobalKamus Pemanasan Global (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)
(tim/dmi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER