Peneliti Ahli Utama PRIMA BRIN Edvin Aldrian beranggapan jika perbedaan dampak iklim di beberapa wilayah Indonesia tidak hanya dipengaruhi El Nino, tapi juga bisa dari pemanasan global. Ia melihat keduanya memiliki kekuatan yang sama.
"Ini yang jadi pertanyaan di Indonesia kenapa masih terjadi hujan," ucap Edvin.
Menurut Edvin kondisi El Nino sudah terboservasi. Temperatur suhu muka laut daerah khatulistiwa (SSTs) di atas rata-rata di pusat hingga timur Samudera Pasifik. Anomali kondisi suhu muka laut di daerah khatulistiwa konsisten dengan kondisi El Nino yang lemah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sejalan dengan Ikhtisar Cuaca BMKG yang menyebut Indeks NINO 3,4 yang mengindikasikan tingkat El Nino berada pada angka +1.0. Angka itu menunjukkan bahwa El Nino yang muncul saat ini masih dalam kondisi lemah.
Namun begitu, menurutnya perlu sinyal El Nino Souther Oscillation (ENSO) yang kuat agar dampak El Nino bisa terdeteksi. Apabila sinyal ENSO tidak kuat, ada kemungkinan kemarau basah terjadi.
Hal ini dikarenakan suhu laut Indonesia akan lebih tinggi dari musim kemarau atau masa sinyal peralihan dari kemarau dan basah, ketika suhu laut tinggi karena ada fenomena global warming.
El Nino diprakirakan akan terjadi hingga akhir tahun. Menurut BMKG saat ini sekitar 63 persen wilayah Tanah Air sudah masuk musim kemarau dan terdampak El Nino.
"El Nino masih akan bertahan sampai akhir tahun. Tapi dampaknya seiring dengan datangnya musim hujan makin berkurang. Sebab November sudah ada mulai hujan," kata Fachri Radjab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG.
Menurut Fachri BMKG membuat zona musim atau ZOM. Kemudian, mereka membagi ZOM di Indonesia menjadi 699.
"Saat ini sudah 63 persen dari 699 itu yang sudah memasuki periode kemarau. Artinya, yang sudah terdampak langsung dari El Nino itu sudah sekitar 63 persen wilayah zona musim tadi," ujar dia.
El Nino adalah fenomena atmosfer yang disebabkan oleh peningkatan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian timur. Peningkatan suhu ini membuat berkurangnya udara basah yang dibawa ke wilayah Indonesia.
Dengan demikian, udara yang masuk ke wilayah Indonesia relatif kering dan membuat beberapa perubahan seperti curah hujan yang berkurang, tutupan awan yang berkurang, dan suhu yang semakin tinggi.
"Di Indonesia dampak yang paling terasa adalah berkurangnya curah hujan. Ketika kita di musim kemarau ditambah El Nino, jadi semakin kering wilayah kita," ujar Fachri.
![]() |
Beberapa daerah yang akan terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatra seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.
Selain wilayah-wilayah tersebut, prakiraan curah hujan bulanan BMKG menunjukkan sebagai besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah bahkan sebagian lainnya akan mengalami kondisi tanpa hujan sama sekali hingga Oktober nanti.
"Jadi harus tetap waspada akan potensi terjadinya kekeringan," kata Fachri.
Sektor paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Rendahnya curah hujan pastinya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan menyebabkan gagal panen.