Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana membuat satelit untuk pemetaan di wilayah Indonesia yang bisa menyaingi Google Maps untuk navigasi.
"Yang lagi kita ajukan untuk ekspansinya kalau saat ini kita bikin satelit 150 kilogram, kita mau bikin satelit yang lebih besar mencapai 1.000 kilogram," kata Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Robertus Heru, di kantor BRIN, Jakarta, Senin (7/8).
Ia menjelaskan peta yang kerap digunakan oleh pengemudi transportasi online merupakan hasil dari pengindraan jauh satelit dengan lensa yang terbilang besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Robertus mengatakan BRIN akan membuat satelit dengan lensa yang lebih besar, sehingga bisa melihat peta wilayah sampai ke gang-gang sempit.
"Karena satelit yang petanya dipakai sama abang Grab dan Gojek itu membutuhkan lensa yang lebih besar. Itu ke depan akan kita lakukan, supaya nanti peta Indonesia kita bisa bikin sendiri, kita tidak harus beli dari luar," katanya.
Sebagian pengemudi transportasi online saat ini masih memanfaatkan layanan navigasi online untuk antar jemput konsumen. Beberapa di antaranya memanfaatkan layanan Google Maps.
Untuk menghasilkan peta dengan resolusi tinggi, lensa pada satelit harus besar. Oleh karena itu, kapasitas satelit pun bisa lebih besar dan bobotnya mencapai 1 Ton.
Menurut Robertus satelit itu nantinya tidak hanya untuk pemetaan wilayah Indonesia, tapi juga bisa memberikan layanan deteksi kendaraan. Ini bisa dijadikan peluang kerja sama dengan pihak yang membutuhkan, sehingga satelit tersebut tidak hanya sebagai alat riset.
Selain itu, satelit tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai laporan deteksi penanggulangan kebencanaan di Indonesia. Kendati demikian, satelit ini kata Robertus masih dalam tahap perencanaan meski desainnya sudah ada.
"Begitu funding-nya approve, kita mulai. Desainnya sudah ada, tetapi kan skema yang kita inginkan itu kita mau supaya ada ekosistem juga tumbuh," tuturnya.
Sebelumnya, BRIN juga tengah mengembangkan 19 satelit komunikasi dan pengamatan bumi Indonesia. Salah satunya ditargetkan meluncur ke angkasa pada 2025.
Hal ini diungkap oleh Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Penginderaan Jauh BRIN Rahmat Arief, dalam sebuah webinar tahun lalu. Menurut dia 19 satelit itu akan diluncurkan bertahap.
Satelit-satelit itu terdiri dari empat satelit resolusi tinggi, dua satelit resolusi sangat tinggi, dua satelit radar atau Synthetic Aperture Radar (SAR), 10 satelit untuk satelit konstelasi dengan misi komunikasi yang menggunakan orbit bumi rendah atau Low Earth Orbit (LEO), dan satu satelit geostasioner atau Geostationary Earth Orbit (GEO).
"Ke depan, tahun 2025 BRIN merencanakan untuk meluncurkan satelit resolusi sangat tinggi dan Synthetic Aperture Radar (SAR) di tahun berikutnya satelit resolusi tinggi," kata Rahmat.
Penggunaan data satelit radar atau SAR di Indonesia disebut cukup tinggi. Satelit ini dapat memantau pemrukaan bumi menembus awan, seperti yang sering dilakukan dalam pemantauan permukaan bumi menggunakan data satelit optik.
Dengan kata lain, satelit radar bisa melakukan pemantauan permukaan tanpa gangguan cuaca dan dapat dimanfaatkan dalam kondisi siang dan malam. Semakin tinggi resolusi kamera satelitnya, semakin detail pula citra muka bumi yang bisa ditangkap satelit.