3 Cerita Kekeringan Dahsyat di RI, Sawah Meranggas Hingga Ekspor Asap

CNN Indonesia
Jumat, 11 Agu 2023 07:45 WIB
Indonesia beberapa kali mengalami kekeringan dahsyat hingga membuat kekurangan air bersih dan karhutla. Berikut riwayatnya.
Ilustrasi. Kekeringan di Indonesia dipicu terutama oleh fenomena iklim El Nino dan IOD. (Adhi Wicaksono)

2015

Kekeringan masif juga pernah melanda Tanah Air pada 2015. Dampak yang ditimbulkannya juga tak main-main.

Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kekeringan saat itu melanda 16 provinsi, meliputi 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan di Indonesia.

Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami defisit air sekitar 20 miliar meter kubik, selain itu lahan pertanian seluas 111 ribu hektare juga mengalami kekeringan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi sama yang diterbitkan Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi mengungkapkan El Nino 2015 menyebabkan kekeringan dengan intensitas tinggi dan durasi panjang. Sepanjang tahun itu hanya terdapat empat bulan dengan curah hujan yang normal.

Pada tahun 2015/2016 terjadi kembali musim kering dengan nilai SPI berkisar antara -1,2 - (-2,6) yang berarti agak kering sampai sangat kering (ekstrem kering).

"Durasi kekeringan tahun 2015/2016 termasuk paling panjang selama periode pengamatan," kata peneliti.

2019

Terakhir kali Indonesia mengalami kekeringan parah adalah pada 2019. Saat itu, merujuk data pemerintah, 48.491.666 juta jiwa terdampak kekeringan di 28 provinsi.

Merujuk data BMKG, musim kemarau yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia terjadi mulai Juli hingga Oktober 2019.

BMKG juga menyatakan kekeringan ini turut dipicu El Nino yang aktif dari September 2018 hingga Juli 2019 di Samudera Pasifik ekuator bagian tengah. Kemudian diikuti oleh fenomena IOD+ yang menguat sejak April 2019.

Selain itu, kekeringan tahun 2019 cukup parah karena lebih dinginnya suhu permukaan laut di wilayah Indonesia terutama bagian selatan kurang dari 0.5°C dari kondisi normalnya pada periode Juni - November 2019.

Suhu permukaan laut yang lebih dingin menyebabkan sulitnya pertumbuhan awan yang berpotensi hujan akibat kurangnya kadar uap air di atmosfer akibat rendahnya penguapan dari lautan.

Kekeringan meteorologis juga ditunjukkan oleh periode tanpa hujan lebih dari tiga bulan yang cukup merata di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian besar Jawa.

Panjang musim kemarau 2019 di Indonesia cenderung lebih panjang dari normalnya. Pada tahun 2019, sekitar 46 persen dari 342 Zona Musim di Indonesia mengalami panjang musim kemarau sama hingga lebih panjang 6 dasarian (dua bulan) dari normalnya.

Salah satu dampak kekeringan dahsyat ini adalah memburuknya kualitas udara lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan pada Agustus hingga Oktober 2019.



(tim/dmi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER