NASA Tepis Klaim Bumi Memanas Akibat Matahari Kian Dekat

dmi | CNN Indonesia
Rabu, 16 Agu 2023 09:49 WIB
NASA memastikan Juli tahun ini merupakan bulan terpanas sepanjang sejarah, tapi bukan berarti disebabkan posisi Matahari semakin dekat dengan Bumi.
Ilustrasi. Ilmuwan tengah memahami bagaimana Matahari yang dinamis ini berubah dari waktu ke waktu. (Foto: iStock/PraewBlackWhile)

Dikutip situs resmi NASA, para ilmuwan juga tengah memahami bagaimana Matahari yang dinamis ini berubah dari waktu ke waktu, baik dalam skala pendek maupun dalam skala panjang.

Saat ini, kekuatan tentang aktivitas matahari sebanding dengan masa-masa awal prakiraan cuaca. Para peneliti biasanya dapat memprediksi arah perjalanan badai antariksa, tetapi mereka tidak dapat memprediksi kapan aktivitas tersebut akan terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari akun resmi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), posisi matahari yang dimonitor pada 16 Juli 2023 masuk dalam fenomena Rasdulqiblah 2 dengan jarak 152.061.407 kilometer.

Fenomena Rashdulqiblah merupakan posisi Matahari berada di atas Ka'bah sehingga bayangan benda yang terkena sinar akan menunjukkan arah kiblat.

Sedangkan posisi Matahari yang paling dekat dengan Bumi terjadi pada 5 Januari 2023 pada saat fenomena Perhelion terjadi. Kala itu jarak matahari mencapai 147.098.952 kilometer dari Bumi.

Fenomena Kulminasi dan Ekuinoks bakal sapa Indonesia

Beberapa pergerakan Matahari adalah fenomena Kulminasi dan Ekuinoks. Kedua fenomena ini bakal segera menyapa Indonesia dalam waktu dekat.

Kulminasi atau fenomena tanpa bayangn adalah ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit yang mengakibatkan bayangan benda tegak akan seperti menghilang karena bertumpuk dengan benda itu.

Fenomena Kulminasi bakal menyapa Indonesia pada 8 September sampai 22 Oktober. Jarak Bumi ke Matahari saat fenomena ini terjadi akan sangat bervariasi.

Sebelumnya, fenomena ini juga sempat menyapa Indonesia pada 20 Februari sampai 5 April.

Fenomena ini terjadi lantaran ada revolusi Bumi mengitari Matahari yang mengakibatkan gerakan semu Matahari. Namun begitu, fenomena ini tidak membuat siang hari menjadi lebih panas dari biasanya.

Peneliti sains antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto beberapa waktu lalu mengungkapkan tidak ada yang tiba-tiba memanas.

"Perpindahan arah sinar Matahari berkaitan dengan pergantian musim. Empat musim di daerah subtropis atau musim hujan-kemarau di Indonesia berkaitan dengan perpindahan arah sinar matahari ke muka Bumi," kata Rhorom beberapa waktu lalu.

Infografis Rekor-rekor Suhu Terpanas DuniaFoto: Basith Subastian/CNNIndonesia
Rekor-rekor Suhu Terpanas Dunia

Sementara itu, fenomena Ekuinoks akan terjadi pada 23 September, setelah sebelumnya menyapa pada 21 Maret.

Ekuinoks merupakan fenomena ketika Matahari tepat terbit dari timur dan tenggelam di Barat. Melansir halaman Edusains Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ekuinoks adalah fenomena ketika Matahari melintasi ekuator Bumi.

Fenomena tersebut secara tidak langsung memang bisa meningkatkan kenaikan suhu. Pasalnya, radiasi Matahari juga berbanding lurus terhadap suhu permukaan Bumi.

Namun demikian, menurut BRIN ini hanya salah satu faktor yang memengaruhi. Kenaikan suhu Bumi perlu mempertimbangkan faktor lainnya di luar faktor astronomis.



(can/dmi)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER