Alasan Jawa Jadi Salah Satu Wilayah Paling 'Terpanggang' El Nino

CNN Indonesia
Senin, 21 Agu 2023 07:46 WIB
Ilustrasi. Cek alasan Jawa jadi salah satu yang paling terdampak kekeringan bulan ini. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah kondisi atmosfer yang berpengaruh pada tidak turunnya hujan terutama di Pulau Jawa.

Menurut data terkini BMKG, fenomena iklim yang membuat hujan makin jarang terjadi, El Nino, sudah dalam dalam kondisi moderat. Indikatornya ditunjukkan oleh Southern Oscillation Index (SOI) yang bernilai -12.1 dan Indeks NINO 3.4 yang mencapai +1.14.

Lembaga pun memprediksi beberapa wilayah yang akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0 - 100 mm/bulan), terutama pada Agustus - September - Oktober.

"Meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan," tulis BMKG di situsnya.

Kenapa wilayah-wilayah itu masuk yang paling rentan 'terpanggang' El Nino? Berikut beberapa faktor yang berpengaruh pada wilayah rentan kekeringan itu:

Musim kemarau

Dampak El Nino di Indonesia, kata BMKG, umumnya terasa kuat pada musim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juli - Agustus - September - Oktober.

"Dampak El Nino tergantung pada (a) Intensitas El Nino, (b) Durasi El Nino, (c) Musim yang sedang berlangsung," kata BMKG.

Sementara, berdasarkan analisis perkembangan musim kemarau dasarian III Juli 2023 BMKG, 63 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim musim kemarau, termasuk Jawa.

Berikut rincian wilayah yang saat sini sedang mengalami musim kemarau:

Wilayah Pulau Sumatra:

- Aceh

- Sumatra Utara

- Sebagian besar Riau

- Sebagian besar Sumatra Barat

- Sebagian Bengkulu

- Sebagian besar Sumatra Selatan

- Kepulauan Bangka Belitung bagian selatan

Wilayah Pulau Jawa:

- Lampung

- Banten

- DKI Jakarta

- Sebagian besar Jawa Barat

- Jawa Tengah

- Jawa Timur

Nusa Tenggara dan Bali:

- Bali

- NTB

- NTT

Kalimantan:

- Kalimantan Barat bagian selatan

- Kalimantan Tengah bagian selatan

- Kalimantan Selatan

- Sebagian besar Kalimantan Timur

Sulawesi hingga Papua:

- Sebagian Sulawesi Utara

- Sebagian Gorontalo

- Sulawesi Tengah bagian utara

- Sebagian Sulawesi Selatan

- Sulawesi Tenggara bagian selatan

- Sebagian Maluku Utara

- Sebagian Papua Barat

- Sebagian Papua bagian selatan

Fenomena atmosfer

Menurut data Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 18 - 24 Agustus, beberapa fenomena atmosfer berpengaruh terhadap turunnya curah hujan. Fenomena-fenomena itu tak tampak hadir atau datang tak signifikan di lokasi rentan kekeringan itu.

Di antaranya, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di sebagian wilayah Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, dan Papua bagian utara.

"Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut."

Selain itu, ada daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang terpantau memanjang dari perairan barat Aceh hingga Selat Malaka, di Sumatra Utara, dari Bengkulu bagian utara hingga Sumatra Barat dan Riau.

Ada pula konvergensi di Kalimantan Utara, di Sulawesi bagian tengah, di Papua dan di Papua Barat.

Tak ketinggalan, muncul daerah pertemuan angin (konfluensi) yang terpantau di perairan utara Aceh, di Laut China Selatan dan di Samudra Pasifik timur Filipina.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut," kata BMKG.

Dengan faktor-faktor di atas, hujan sedang hingga lebat diprakirakan terdapat di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, Jambi, Bengkulu, Kep. Riau, Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.

Sementara Jawa masih kering.

(tim/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK