Cerita Sayap-sayap Pesawat yang Makin Lebar, Termasuk Jet NASA
Desain pesawat terbang komersial tampaknya bakal mengalami perubahan dalam beberapa tahun ke depan untuk menekan emisi karbon. Seperti apa bentuknya?
Desain dasar pesawat terbang komersial tidak banyak berubah dalam 60 tahun terakhir. Pesawat modern seperti Boeing 787 dan Airbus A350 memiliki bentuk umum yang sama dengan Boeing 707 dan Douglas DC-8, yang dibuat pada akhir 1950-an dan memantapkan faktor bentuk "tabung dan sayap" yang masih digunakan hingga saat ini.
Hal ini karena penerbangan komersial memprioritaskan keselamatan, mengutamakan solusi yang telah teruji.
Namun, industri pesawat terbang berusaha keras mencari cara untuk mengurangi emisi karbon, industri ini menghadapi tantangan yang lebih berat daripada sektor lain karena teknologi intinya telah terbukti sangat sulit untuk ditinggalkan.
Salah satu idenya adalah sayap yang lebih lebar dan seperti menyatu dengan bodi pesawat. Bentuk pesawat yang sama sekali baru ini terlihat mirip dengan desain "sayap terbang" yang digunakan oleh militer seperti pesawat pengebom B-2 yang ikonik.
Bedanya, desain sayap ini memiliki lebih banyak volume di bagian tengah.
Baik Boeing dan Airbus sedang mengutak-atik ide ini, dan begitu pula pemain ketiga, JetZero yang berbasis di California, yang telah menetapkan tujuan ambisius untuk mengoperasikan pesawat sayap lebih lebar ini secepatnya pada tahun 2030.
"Kami merasa sangat yakin akan adanya jalan menuju nol emisi pada pesawat jet besar, dan badan pesawat dengan sayap campuran dapat menghasilkan pembakaran bahan bakar dan emisi yang 50% lebih rendah," ujar Tom O'Leary, salah satu pendiri dan CEO JetZero, mengutip CNN, Selasa (22/8).
"Ini merupakan lompatan yang mengejutkan dibandingkan dengan apa yang biasa dilakukan oleh industri ini," lanjut dia.
Di bawah tekanan
Konsep sayap yang lebih lebar ini sebetulnya bukan hal yang baru, dan upaya paling awal untuk membangun pesawat dengan desain ini dimulai pada akhir 1920-an di Jerman.
Perancang dan industrialis pesawat terbang Amerika, Jack Northrop, menciptakan desain sayap terbang bertenaga jet pada tahun 1947, yang menjadi inspirasi bagi B-2 pada tahun 1990-an.
Sebagai semacam hibrida antara sayap terbang dan "tabung dan sayap" tradisional, desain sayap ini memungkinkan seluruh pesawat menghasilkan daya angkat, meminimalkan hambatan.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan bentuk ini membantu meningkatkan penghematan bahan bakar dan menciptakan area muatan yang lebih besar (kargo atau penumpang) di bagian tengah badan pesawat.
NASA bahkan telah mengujinya melalui salah satu pesawat eksperimentalnya, X-48.
Lebih dari 120 penerbangan uji coba antara tahun 2007 dan 2012, dua pesawat X-48 tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh telah menunjukkan kelayakan konsep tersebut.
"Pesawat jenis ini akan memiliki lebar sayap sedikit lebih besar dari Boeing 747 dan dapat beroperasi dari terminal bandara yang ada," kata NASA.
"Pesawat tersebut juga akan lebih ringan, menghasilkan lebih sedikit kebisingan dan emisi, dan lebih murah untuk dioperasikan daripada pesawat transportasi konvensional yang sama canggihnya," lanjut keterangan itu.
Desain revolusioner di halaman berikutnya...