Jakarta, CNN Indonesia --
Wabah jamur Candida auris merebak di Amerika Serikat. Jamur langka ini disebut bisa lebih mematikan akibat kondisi Bumi yang kian memanas.
Candida auris merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang muncul secara global serta dapat menyebabkan penyakit parah, termasuk infeksi aliran darah, luka, dan pernapasan.
Pada sekelompok kecil pasien di Amerika Serikat, angka kematian akibat jamur ini diperkirakan mencapai 30 persen hingga 60 persen, merujuk data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teori merebaknya wabah Candida auris adalah perubahan iklim. Pasalnya, jamur ini tidak ditemukan pada manusia di mana pun hingga tahun 2009.
Manusia dan mamalia lainnya memiliki suhu tubuh yang lebih hangat daripada yang dapat ditoleransi oleh sebagian besar patogen jamur, sehingga secara historis terlindungi dari sebagian besar infeksi.
Namun, peningkatan suhu memungkinkan jamur lebih toleransi terhadap lingkungan yang menghangat, dan seiring waktu, manusia dapat kehilangan daya tahan.
Beberapa peneliti beranggapan hal ini yang terjadi pada Candida auris. Patogen ini muncul secara spontan 14 tahun lalu di tiga benua, yaitu di Venezuela, India, dan Afrika Selatan.
Pakar penyakit jamur Arturo Casadevall mengatakan hal ini cukup membingungkan, karena iklim di tempat-tempat tersebut sangat berbeda.
"Kita memiliki perlindungan yang luar biasa terhadap jamur lingkungan karena suhu kita. Namun, jika dunia semakin hangat dan jamur mulai beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi juga, beberapa akan mencapai apa yang saya sebut penghalang suhu," kata Casadevall, mengutip AP, Rabu (23/8).
Meghan Marie Lyman, ahli epidemiologi medis CDC mengatakan ketika Candida auris pertama kali menyebar, kasus-kasus tersebut terkait dengan orang-orang yang bepergian ke AS dari tempat lain.
Sekarang, sebagian besar kasus didapat secara lokal, umumnya menyebar di antara pasien di lingkungan perawatan kesehatan.
Masalah global
Di AS, ada 2.377 kasus klinis akibat Candida auris yang dikonfirmasi dan didiagnosis tahun lalu, meningkat lebih dari 1.200 persen sejak 2017.
Tidak hanya di AS, Candida auris kini sudah menjadi masalah global. Di Eropa, sebuah survei tahun lalu menemukan jumlah kasus hampir dua kali lipat dari tahun 2020 hingga 2021.
"Jumlah kasus telah meningkat, tetapi distribusi geografisnya juga meningkat," kata Lyman.
Luis Ostrosky, seorang profesor penyakit menular di McGovern Medical School di UTHealth Houston, mengatakan Candida auris adalah semacam skenario mimpi buruk manusia.
"Ini adalah patogen yang berpotensi resisten terhadap banyak obat dengan kemampuan untuk menyebar dengan sangat efisien dalam pengaturan perawatan kesehatan," kata Ostrosky.
"Kami tidak pernah memiliki patogen seperti ini di area infeksi jamur," tambah dia.
Jamur ini hampir selalu resisten terhadap obat antijamur, dan terkadang juga resisten terhadap obat lain yang terutama digunakan untuk infeksi jamur kateter yang parah di rumah sakit.
"Saya pernah mengalami kasus di mana saya duduk bersama keluarga dan mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada obat yang dapat menyembuhkan infeksi yang diderita oleh orang yang Anda cintai," kata dia.
Asal mula kemunculan infeksi jamur di halaman berikutnya...
Para peneliti, akademisi, dan kelompok kesehatan masyarakat sedang mendiskusikan dan menyelidiki teori-teori yang menjelaskan kemunculan Candida auris. Ostrosky mengatakan perubahan iklim adalah teori yang paling banyak diterima.
Lyman mengatakan ada kemungkinan jamur tersebut selalu ada di antara mikroorganisme yang hidup di tubuh manusia, tetapi karena tidak menyebabkan infeksi, tidak ada yang menyelidikinya hingga baru-baru ini mulai menyebabkan masalah kesehatan.
Dia juga mengatakan ada laporan tentang jamur di lingkungan alam, termasuk tanah dan lahan basah, tetapi pengambilan sampel lingkungan masih terbatas, dan belum jelas apakah penemuan tersebut merupakan efek hilir dari manusia.
"Ada juga banyak pertanyaan tentang meningkatnya kontak dengan manusia dan intrusi manusia ke alam, dan telah terjadi banyak perubahan di lingkungan, dan penggunaan jamur di bidang pertanian," katanya.
"Hal-hal ini memungkinkan Candida auris untuk melarikan diri ke lingkungan baru," imbuhnya.
Para peneliti berpendapat jamur ini merupakan ancaman yang signifikan bagi kesehatan manusia.
Pasien yang mengalami gangguan kekebalan tubuh di rumah sakit adalah yang paling berisiko, tetapi begitu pula orang-orang di pusat perawatan jangka panjang dan panti jompo, yang umumnya memiliki lebih sedikit akses ke ahli diagnostik dan pengendalian infeksi.
Candida auris tidak hanya sulit diobati, tetapi juga sulit didiagnosis. Kondisi ini cukup langka dan banyak dokter tidak menyadari keberadaannya.
Gejala umum infeksi termasuk sepsis, demam, dan tekanan darah rendah, yang semuanya dapat disebabkan oleh banyak hal. Jamur didiagnosis dengan tes darah.
Darah ditempatkan dalam media yang kaya nutrisi untuk memungkinkan organisme menular tumbuh dan menjadi lebih mudah dideteksi. Namun, Ostrosky mencatat hal ini melewatkan sekitar setengah kasus yang ada.
"'Standar emas' kami sedikit lebih baik daripada melempar koin," katanya, seraya menambahkan bahwa ada teknologi yang lebih baru yang meningkatkan deteksi aliran darah, namun harganya mahal dan tidak tersedia secara luas di rumah sakit.
[Gambas:Infografis CNN]
Kesadaran publik soal infeksi jamur
Di luar peningkatan kasus, budaya populer membantu meningkatkan kesadaran akan infeksi jamur. Serial 'The Last of Us' misalnya, menceritakan tentang orang-orang yang selamat dari wabah jamur.
Serial tersebut mengisahkan infeksi jamur yang dapat mengubah manusia menjadi zombie adalah sebuah karya fiksi. Tetapi mengatasi perubahan iklim, yang mengubah jenis penyakit secara serius mengancam kesehatan manusia, adalah tantangan dunia nyata.
"Saya pikir cara untuk berpikir tentang bagaimana pemanasan global memberikan tekanan seleksi pada mikroba adalah dengan memikirkan berapa banyak hari yang sangat panas yang kita alami," kata Casadevall.
[Gambas:Photo CNN]
"Setiap hari pada suhu (100 derajat Fahrenheit, atau 37,7 derajat Celsius) memberikan kesempatan seleksi bagi semua mikroba yang terkena dampak, dan semakin banyak hari yang mengalami suhu tinggi, semakin besar kemungkinan beberapa mikroba akan beradaptasi dan bertahan hidup," kata Ostrosky.
"Kami 'terbang di bawah radar' selama beberapa dekade dalam bidang mikologi karena infeksi jamur tidak sering terlihat," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]