Deret Kritik Ahli terhadap Semprot Air ke Jalan Buat Tekan Polusi

CNN Indonesia
Senin, 28 Agu 2023 07:51 WIB
Strategi semprot air ke jalan demi menangkal polusi menuai kritik banyak ahli lantaran tak efektif. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
Ilustrasi. Polusi udara makin memburuk saat kemarau. (AFP/YASUYOSHI CHIBA)

Pakar China

Pakar kesehatan masyarakat dari Departemen Kesehatan Lingkungan Kerja, Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Kedokteran Hebei, China, Fengzhu Tan mengatakan penyemprotan air memicu peningkatan konsentrasi PM2.5.

"Menyemprot jalan dengan air meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5. Ini juga bisa menjadi sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara," kata Tan dalam studinya di jurnal National Library of Medicine (NIH) pada Mei 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa menyemprot jalan dengan air meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5," lanjutnya.

Dia mengatakan metode menyemprot jalan dengan air dalam skala besar di kota-kota China merupakan salah satu tindakan pencegahan atau mitigasi dari pemerintah untuk mengendalikan polusi udara yang parah.

Mulanya, penyiraman air diharapkan bisa membuat kabut asap tebal polusi yang menyelimuti sejumlah wilayah China bisa berkurang. Terutama di wilayah Beijing, Tianjin, dan Hebei (BTH) pada 2013.

"Peristiwa polusi udara ini biasanya ditandai dengan kelembaban udara yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mungkin ada hubungan antara tindakan ini dan polusi udara," tutur Tan.

Tan dan tim melakukan penelitian kondisi polusi di China dengan melihat dampak penyemprotan air terhadap konsentrasi PM2.5 dan kelembapan di udara.

Kemudian, tim menilai dengan mengukur komposisi kimiawi air, melakukan percobaan simulasi penyemprotan air, mengukur residu, dan menganalisis data yang relevan.

Tim menemukan bahwa penyemprotan air keran atau air sungai dalam jumlah besar di jalan raya dapat meningkatkan konsentrasi dan kelembapan PM2.5.

Selanjutnya, penyemprotan yang dilakukan secara terus menerus setiap hari bisa menghasilkan efek kumulatif terhadap polusi udara.

Mereka mengatakan air yang disemprot dapat menghasilkan aerosol antropogenik baru atau partikel halus yang tidak terlihat, dan dengan demikian menjadi sumber polusi udara baru.

Kemudian peningkatan aerosol antropogenik, bersama dengan suhu rendah di musim kemarau dan musim dingin, bisa mendorong terbentuknya kondisi meteorologi dengan kelembapan tinggi.

Kondisi itu dinilai Tan tidak menguntungkan bagi difusi polutan udara, sehingga terjadi polusi udara parah pada cuaca bersuhu rendah.

Kemenkes

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan penyemprotan jalan tidak efektif untuk mengatasi polusi udara karena kegiatan itu hanya memindahkan polusi dari satu tempat ke tempat lain.

"Partikel PM2,5 banyak beredar di udara atas, bukan di bawah..., Jadi sebenarnya kalau menyemprot harus di atas, bukan di bawah," kata dia, di Jakarta, Minggu (27/8).

"Kegiatan penyemprotnya juga harus luas karena kalau sedikit itu hanya menggeser-geser saja malah bisa menyebarkan pindah ke tempat lain," imbuh dia.

Menkes menuturkan hanya ada dua hal yang bisa menghilangkan partikel PM2,5 dan sumber-sumber polutan lainnya secara cepat, yaitu hujan lebat dan angin kencang.

"Jadi kalau mau mengurangi PM2,5 itu yang biasanya dikurangi adalah transportasi, pembangkit listrik, dan industri. Inilah yang menyebabkan banyak PM2,5 berada di atas," pungkas Budi.

(tim/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER