Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga mengungkap fenomena El Nino akan terjadi hingga awal 2024.
"Prediksi hujan bulanan, Indonesia masih dipengaruhi El Nino. September, Oktober masih akan terjadi sampai Desember bahkan sampai awal 2024," kata Fachri Rajab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Tapi harapannya masuk musim hujan dampaknya berkurang," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, Fachri mengimbau masyarakat mewaspadai ancaman kekeringan sampai November mendatang. Sebelumnya, fenomena cuaca El Nino diprediksi berpeluang berlangsung hingga Februari 2024.
Menurut laporan terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ada kemungkinan lebih dari 95 persen El Nino bakal berlangsung hingga Februari 2024 disertai dengan dampak iklim yang luas.
"El Nino diperkirakan akan terus berlanjut selama musim dingin di belahan bumi utara," tulis NOAA dalam laman resminya beberapa waktu lalu.
Dalam paparannya, Fachri menunjukkan penanda fenomena El Nino semakin menghangat. Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) hingga periode Agustus II sebesar +1,423 yang berarti El Nino dalam fase moderat.
Kemudian, anomali tempratur permukaan laut atau sea surface temperature (SST) di Samudera Hindia menunjukkan Indian Ocean Dipole (IOD) +0.845.
Anomali SST di wilayah Nino 3.4 menunjukkan kondisi hangat, dan tren anomali SST tetap menghangat (melewati batasan Netral +/- 0.5 , El Nino sudah berlangsung sepuluh dasarian).
"Prediksi puncak indeks ENSO akan terjadi pada Desember 2023 kemudian secara gradual menurun , El Nino diprediksi bertahan hingga Januari 2024," jelas dia.
El Nino telah menjadi salah satu dalang di balik kenaikan suhu global yang bahkan melebihi rekor El Nino kuat terakhir pada awal 2016.