Perilaku Badak Jawa yang belum teridentifikasi detail membuat habituasi dan pengelolaan konservasinya cukup sulit. Satwa ini memiliki sifat pemalu dan sensitif. Sedikit gangguan saja dapat membuat badak ini tersinggung.
Rois Mahmud, perwakilan dari Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT), mengatakan ada indikasi Badak Jawa cenderung melukai dirinya sendiri ketika mengalami stres.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku konservasi dalam menjaga habitat dan populasi Badak Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Analisis genetik yang dilakukan bekerjasama dengan IPB menghasilkan kesimpulan jika kepunahan populasi [Badak Jawa] bisa terancam oleh faktor depression in-breeding," kata Rois, mengutip laman resmi KSDAE.
Selain persoalan individu badak itu sendiri, keberadaan tumbuhan pakan Badak Jawa juga menjadi kendala. Keberadaan tumbuhan Langkap mengganggu pertumbuhan tumbuhan pakan badak.
Berbagai upaya telah dilakukan TN Ujung Kulon untuk membasmi tumbuhan Langkap ini, tapi masih belum menemukan solusi lantaran pertumbuhan Langkap sangat cepat.
KSDAE juga menyoroti ancaman perburuan Badak Jawa dan gangguan manusia. Polda Banten tengah memburu terduga pelaku perburuan, seiring dengan itu, Balai TN Ujung Kulon juga sudah membentuk tim gabungan untuk melakukan patroli dan penjagaan.
Tim ini dibentuk tidak hanya untuk mencegah perburuan, tapi juga bertugas mencegah aktivitas manusia di wilayah konservasi yang berpotensi mengganggu habitat Badak Jawa.
Dirjen KSDAE Satyawan Pudyatmoko mengatakan salah satu cara untuk melindungi populasi Badak Jawa dapat menggunakan cara Sumatran Rhino Sanctuary (SRS). Menurut Satyawan cara ini berhasil dalam konservasi Badak Sumatera.
Menurutnya keberhasilan SRS ini dapat menjadi contoh bagi konservasi Badak Jawa dan diharapkan bisa mencapai keberhasilan yang sama, bahkan lebih.
"Artificial breeding yang berhasil dilakukan pada Badak Sumatera, perlu diaplikasikan untuk Badak Jawa, dibandingkan dengan strategi secondary habitat. Populasi dan habitat harus sama-sama diperhatikan intervensinya, namun manakah yang lebih penting porsinya," jelas Satyawan.
Di sisi lain, TN Ujung Kulon juga sudah memiliki Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), sebuah program bloking untuk perlindungan badak agar tidak keluar dari habitatnya.
Kendati demikian, masih ada beberapa bagian JRSCA yang harus disesuaikan dengan perilaku Badak Jawa yang sangat sensitif ini. Misalnya, paddock yang harus jauh dari lingkungan masyarakat dan akses menuju paddock yang perlu diperbaiki lagi.
(tim/dmi)