Cerita Ironis Petani Muaro Jambi, Terpaksa Beli Beras Imbas El Nino

CNN Indonesia
Minggu, 29 Okt 2023 08:53 WIB
El Nino, krisis iklim, hingga alih fungsi lahan mengancam sawah-sawah di Jambi. Simak kisah jungkir balik petani di Muaro Jambi menghadapinya.
Ilustrasi. Akhir Oktober jadi masa peralihan musim kemarau ke musim hujan di sebagian besar wilayah RI. (Adhi Wicaksono)

Yunta Gombang Armando, akademisi Fakultas Pertanian Universitas Jambi, mengatakan perubahan iklim berdampak langsung pada pergesaran musim yang menyulitkan petani menentukan masa menanam dan masa memanen.

Selain itu, fluktuasi (naik turunnya) suhu dan kelembapan udara yang semakin meningkat dapat memicu pesatnya pertumbuhan dan perkembangan organisme yang mengganggu tanaman.

Suhu yang ekstrem pun dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas padi. Akibatnya, produktivitas dan kualitas hasil pertanian menurun sehingga kekurangan pasokan bahan pangan sulit dihindarkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perubahan iklim menjadi isu strategis karena dapat mengancam kepentingan nasional suatu bangsa. Perubahan temperatur secara global memicu terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan akibat fenomena El Nino, hujan, dan badai yang ekstrem (La Nina). Ini dapat mengganggu keberlangsungan kegiatan pertanian di Indonesia yang sering kali terjadinya gagal panen," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (24/10).

Armando pun menyampaikan untuk mempertahankan pertanian di tengah perbuahan iklim dibutuhkan upaya berkelanjutan.

Salah satunya dengan menggunakan varietas padi yang tahan terhadap perubahan cuaca, misalnya padi Towuti, Situ Begandit, Situ Patenggang, berbagai padi Inpari, dan sebagainya.

"Penerapan teknologi pertanian modern juga dapat membantu mengatasi dampak perubahan iklim terhadap pertanian."

"Misalnya, penggunaan sistem irigasi yang efisien, menggunakan energi terbarukan seperti panel surya, dan penggunaan drone untuk memantau kondisi pertanian. Dengan demikian, dapat mengurangi dampak perubahan iklim pada pertanian," lanjut dosen senior itu.

Kepala UPTD Balai Pelindungan TPHP Jambi Jaja Kardia mengatakan pihaknya sudah rapat bersama BMKG dan instansi terkait mengenai upaya menghadapi dampak El Nino.

Dalam rapat itu, disampaikan bahwa Balai Pelindungan TPHP Jambi mempunyai program bantuan berupa mesin pompa air di tujuh kabupaten dan kota, bantuan bibit padi tahan di musim kering, bantuan peminjaman alat brigade, serta gerakan pembersihan saluran irigasi.

Kelompok petani harus terlebih dahulu membuat dan mengirimkan proposal untuk mendapatkan sejumlah bantuan itu. Begitu juga dengan bantuan pembuatan embung dan sumur yang dibutuhkan Desa Tunas Mudo.

"Jadi, upaya yang bisa dilakukan, buat proposal untuk tahun 2024. Tidak hanya embung, bisa juga buat sumur dalam. Kalau kami yang beli (lahan untuk embung) tidak ada kemungkinannya. Kalau sudah ada lokasinya, kami bisa bantu buat embungnya," kata Jaja, Jumat (27/10).

Setara Jambi menemukan bahwa masyarakat Desa Tunas Mudo memiliki semangat untuk mempertahankan sawah sebagai sumber pangan utama. Para petani Desa Tunas Mudo bahkan juga menanam tanaman pangan yang lainnya.

Namun, banyak tantangan yang dihadapi kelompok petani itu sehingga mereka membutuhkan edukasi dan pelatihan termasuk dalam menghadapi krisis iklim.

"Kami akan mencoba mengedukasi petani untuk mempertahankan sawah dan lahan pertanian pangan lainnya untuk tetap dikembangkan. Juga mendorong pemerintah desa untuk menjadikan sektor pertanian pangan sebagai potensi ekonomi yang dapat diproteksi melalui peraturan desa dan dimasukkan juga sebagai prioritas rencana pembangunan desa," kata Direktur Setara Jambi Nurbaya Zulhakim.

Cegah alih fungsi lahan

Selain perubahan iklim, alih fungsi lahan turut mengancam ketersediaan sumber pangan utama di Muaro Jambi. Penyusutan lahan persawahan di kabupaten itu cukup tampak dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2019 persawahan di Muaro Jambi tercatat seluas 6.370,92 hektare. Area sumber pangan itu terus menerus menyusut hingga pada tahun 2022 tersisa 5.735,30 hektare, sesuai data yang dimutakhirkan ATR/BPN dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Muaro Jambi.

Perubahan fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama penyusutan lahan persawahan di kabupaten ini.

"Rata-rata alih fungsi lahan sawah menjadi sawit. Jadi di sini memang perkembangan penduduknya tinggi. Orang-orang di sini lebih cenderung menanam kelapa sawit. Juga perusahaan kelapa sawit banyak di Muaro Jambi," ujar Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Muaro Jambi Madong Butar.

Sedangkan di Desa Tunas Mudo, diakui Marjoni, alih fungsi lahan persawahan tidaklah signifikan. Alih fungsi lahan di desa ini terjadi di bawah tahun 2006. Kala itu, terdapat lahan persawahan yang tidak digarap lagi malah dijadikan bangsal bata dan ditanami kelapa sawit.

"Makanya banyak lubang bekas galian. Bangsal tidak ada lagi. Tinggal lubang," kata sekretaris desa itu.

Demi mencegah alih fungsi lahan terjadi lagi, Pemerintah Desa Tunas Mudo sudah merumuskan peraturan desa yang ditargetkan sudah sah pada tahun 2024.

Tujuannya agar Desa Tunas Mudo tidak seperti desa lain yang kehilangan persawahan akibat pembangunan rumah dan ekspansi kelapa sawit.

"Kemarin ada rencana datuk (kepala desa) membuat perdes tentang sawah agar jangan dijual pada orang luar. Kalau dijual ke orang luar, takutnya alih fungsi lahan. Ini sudah dirumuskan di balai desa tetapi terkendal."

"Tahun 2024 ini [targetnya] sudah disahkan. Inti perdes itu dilarang alih fungsi lahan ke perkebunan dan dilarang menjual lahan ke orang luar. Kita memikirkan generasi ke depan," tutup dia.

Liputan ini didukung sepenuhnya oleh Setara Jambi dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia.
(arh/msa/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER