Warga Diminta Tak Cuma Berharap pada Wolbachia untuk Cegah DBD

CNN Indonesia
Minggu, 26 Nov 2023 06:08 WIB
Peneliti utama riset nyamuk Wolbachia Profesor Adi Utarini mengingatkan masyarakat agar tak hanya berharap pada nyamuk Wolbachia untuk mencegah DBD.
Ilustrasi. Peneliti utama riset nyamuk Wolbachia Profesor Adi Utarini mengingatkan masyarakat agar tak hanya berharap pada nyamuk Wolbachia untuk mencegah DBD. (AP/Lynne Sladky)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti utama riset nyamuk ber-Wolbachia Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Adi Utarini mengingatkan kepada masyarakat agar tak hanya berharap pada nyamuk Wolbachia untuk mencegah demam berdarah Dengue (DBD).

Ia mengatakan, warga harus tetap waspada karena Wolbachia hanya melumpuhkan virus Dengue dalam nyamuk Aedes aegypti. Padahal, masih ada nyamuk lainnya yang patut diwaspadai penyebaran dan dampaknya bagi kesehatan.

"Jangan sampai masyarakat ini juga terlalu berharap dengan teknologi ini. Maksudnya, 'ah, sudah ada ember [telur Wolbachia] kok, ya sudah enggak usah PSN'," ujar profesor yang kerap disapa Uut ini dalam Talk to Scientist yang disiarkan via YouTube, Sabtu (25/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga lantas diimbau untuk tetap aktif melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) jika jangkauan Wolbachia sudah meluas. Berbagai macam gerakan pemberantasan itu, tutur Uut, masih menjadi prioritas utama untuk diterapkan masyarakat.

Ia juga mengatakan bahwa keberadaan Wolbachia akan membantu mengurangi ancaman virus Dengue dengan signifikan. Utamanya, jika populasinya sudah lebih dari 60 persen di alam.

Masyarakat juga diminta untuk tetap sabar lantaran penyebaran Wolbachia tidak menghasilkan efek yang instan. Adi mengatakan, proses penyebaran butuh waktu hingga sekitar enam bulan sejak telur nyamuk Wolbachia diletakkan.

"Jadi, yang nilainya paling tinggi seperti pembersihan, pemberantasan sarang nyamuk, itu harus tetap dilakukan," ujar Uut.

Uut juga mengimbau agar masyarakat bisa memahami berbagai hal soal nyamuk Wolbachia agar proses penyebarannya berjalan lancar. Masyarakat juga diharapkan tak khawatir karena keamanannya telah terbukti lewat riset panjang.

Namun, kendati disebut aman, masyarakat juga diimbau untuk tidak terlampau nyaman. Masyarakat tetap perlu melakukan berbagai cara pencegahan DBD seperti biasanya.

"Ini pesan yang sering kali sangat penting untuk diedukasi. Mereka ketakutan, ya, tidak boleh, karena sudah ada bukti-buktinya. Tetapi kalau terlalu nyaman juga tidak baik," ungkap Uut.

In this photo taken on Sept. 2, 2013, specimens collected from traps are taken back to the lab in Pasteur Institute in Nha Trang city, Khanh Hoa province, Vietnam, for analysis to determine how well Wolbachia mosquitoes are infiltrating the native population. The Wolbachia-infected mosquitoes not only died quicker but they also blocked the dengue virus partially or entirely, sort of like a natural vaccine. New research suggests some 390 million people are infected with the virus each year, most of them in Asia. Thats about one in every 18 people on Earth, and more than three times higher than the World Health Organization's previous estimates. (AP Photo/Na Son Nguyen)Ilustrasi. Masyarakat diminta tetap waspada meski ada nyamuk Wolbachia. (AP/Na Son Nguyen)

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menyebar telur nyamuk Wolbachia di lima kota sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Kelima kota tersebut di antaranya Jakarta Barat (DKI), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Kupang (NTT), dan Bontang (Kalimantan Timur).

Wolbachia sendiri sebenarnya bukan merupakan jenis nyamuk. Wolbachia adalah bakteri yang diklaim bisa melumpuhkan virus Dengue.

Saat disuntikkan ke tubuh Aedes aegypti, bakteri Wolbachia membuat virus Dengue tak bisa berkembang. Dengan demikian, virus tak akan menularkan penyakit ke manusia.

(frl/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER