Jakarta, CNN Indonesia --
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan 2023 bakal menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah, sambil mendesak negara-negara segera mengambil langkah untuk mengendalikan pemanasan global.
Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) mewanti-wanti bahwa 2023 telah memecahkan berbagai rekor iklim, dengan cuaca ekstrem yang meninggalkan "jejak kehancuran dan kesengsaraan".
"Ini adalah rentetan rekor yang sangat mengerikan," kata Sekjen WMO Petteri Taalas, mengutip AFP, Kamis (30/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat gas rumah kaca mencapai rekor suhu tertinggi. Suhu global mencapai rekor tertinggi. Kenaikan laut mencapai rekor tertinggi. Es laut Antartika mencapai rekor terendah," ujar dia menambahkan.
WMO merilis laporan sementara Kondisi Iklim Global 2023 ketika para pemimpin dunia berkumpul di Dubai untuk konferensi iklim PBB COP28, di tengah meningkatnya tekanan untuk mengekang polusi gas rumah kaca yang memanaskan bumi.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa temuan rekor panas ini "seharusnya membuat para pemimpin dunia merinding".
Menurut dia masalahnya tidak pernah separah ini, dengan para ilmuwan memperingatkan bahwa kemampuan untuk membatasi pemanasan ke tingkat yang dapat dikelola semakin tipis.
Kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius sesuai batas di Perjanjian Paris, diprakirakan akan terjadi lebih cepat sebelum 2030. Pasalnya, dalam laporan terbaru WMO, data tahun 2023 hingga akhir Oktober menunjukkan bahwa tahun ini sudah sekitar 1,4 derajat Celsius di atas garis dasar pra-industri.
Bukan sekadar statistik
WMO akan menerbitkan laporan akhir Keadaan Iklim Global 2023 pada paruh pertama 2024.
Namun, laporan tersebut mengatakan bahwa perbedaan antara 10 bulan pertama tahun ini dengan 2016 dan 2020 --yang sebelumnya menduduki peringkat teratas sebagai tahun-tahun terpanas dalam sejarah-- "sangat kecil sehingga dua bulan terakhir tampaknya tidak akan memengaruhi peringkat tersebut".
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sembilan tahun terakhir adalah tahun-tahun terpanas sejak pencatatan modern dimulai.
"Ini lebih dari sekadar statistik," kata Taalas, seraya memperingatkan bahwa "kita berisiko kalah dalam perlombaan untuk menyelamatkan gletser dan mengendalikan kenaikan permukaan laut".
"Kita tidak bisa kembali ke iklim abad ke-20, tetapi kita harus bertindak sekarang untuk membatasi risiko iklim yang semakin tidak bersahabat di abad ini dan abad-abad mendatang."
 Dampak Perubahan Iklim di Indonesia (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi) |
Kekacauan iklim di halaman berikutnya...
WMO memperingatkan bahwa fenomena El Nino yang menghangat, yang muncul pada pertengahan tahun ini, "kemungkinan besar akan semakin meningkatkan suhu panas pada tahun 2024".
Hal ini dikarenakan pola iklim yang terjadi secara alami, biasanya dikaitkan dengan peningkatan panas di seluruh dunia, biasanya meningkatkan suhu global pada tahun setelahnya.
Laporan awal juga menunjukkan konsentrasi tiga gas rumah kaca utama yang memerangkap panas - karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida - mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, dengan data awal yang mengindikasikan bahwa tingkat tersebut terus meningkat tahun ini.
WMO dalam laporannya menyebut level karbon dioksida 50 persen lebih tinggi daripada era pra-industri. Ini menandakan bahwa "suhu akan terus meningkat selama bertahun-tahun yang akan datang," bahkan jika emisi dikurangi secara drastis.
Kekacauan Iklim
WMO juga mengungkap kenaikan permukaan laut dalam satu dekade terakhir lebih cepat dua kali lipat dari laju dekade pertama catatan satelit (1993-2002).
Tidak hanya itu, tingkat maksimum es laut Antartika tahun ini adalah yang terendah dalam catatan.
Menurut WMO, itu adalah satu juta kilometer persegi lebih kecil dari rekor terendah sebelumnya pada akhir musim dingin di belahan bumi selatan, sebuah area yang lebih besar dari gabungan Prancis dan Jerman.
Sementara itu, gletser di Amerika Utara dan Eropa kembali mengalami musim pencairan yang ekstrem, dengan gletser Swiss kehilangan 10 persen volume esnya dalam dua tahun terakhir saja.
Dampak sosio-ekonomi yang dramatis menyertai catatan iklim tersebut, kata para ahli, termasuk berkurangnya ketahanan pangan dan pengungsian massal.
"Tahun ini kita telah melihat masyarakat di seluruh dunia dilanda kebakaran, banjir, dan suhu yang sangat tinggi," kata kepala PBB Guterres dalam sebuah pesan video.
[Gambas:Photo CNN]
Ia meminta para pemimpin yang berkumpul di Dubai untuk berkomitmen pada langkah-langkah dramatis untuk mengendalikan perubahan iklim, termasuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan.
"Kami memiliki peta jalan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius dan menghindari kekacauan iklim yang terburuk," katanya.
"Namun, kita membutuhkan para pemimpin untuk menembakkan pistol awal di COP28 dalam perlombaan untuk mempertahankan batas 1,5 derajat Celsius," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]