Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah insiden dugaan kebocoran data masih saja terjadi sepanjang 2023 dengan korban mulai dari lembaga pemerintah hingga perbankan. Simak daftarnya berikut.
Kebocoran data menjadi momok mengerikan yang menghantui pengguna ruang digital. Pasalnya, data yang bocor ini bisa disalahgunakan terutama buat penipuan, baik via telepon maupun WhatsApp.
Kebocoran data di Tanah Air terbilang sering terjadi dan melibatkan nama-nama besar. Pada 2022, Indonesia bahkan sempat disindir sebagai 'negara open source' ketika terjadi dugaan kebocoran data sejumlah anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2023, terjadi lima dugaan kebocoran data besar yang melibatkan lembaga pemerintahan dan institusi perbankan, yang juga milik negara.
Dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu, Pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto memandang situs pemerintahan masih sangat rentan dalam sistem keamanan siber.
Kerentanan tersebut, kata Teguh, kerap dijadikan bahan percobaan bagi para hacker pemula untuk testing kemampuan peretasan mereka.
"Anak-anak sekolah yang baru belajar hacking mereka belajarnya lewat hack website-website pemerintah, seburuk itu keamanan data kita," ujar Teguh dalam diskusi bertajuk 'Mengidentifikasi Ancaman dan Risiko Keamanan Siber dalam Pemilu 2024' yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) di Jakarta Selatan, Rabu (20/12).
Data BPJS Ketenagakerjaan
Kuartal pertama 2023 diwarnai dengan dugaan kebocoran 18,5 juta data pengguna BPJS Ketenagakerjaan. Data tersebut dijual di forum gelap seharga Rp153 juta pada Minggu (12/3).
Dalam sebuah unggahan di BreachForums, penjahat siber Bjorka, yang cukup terkenal di Tanah Air, membocorkan 19,5 juta data dengan nama 'BPJS Ketenagakerjaan Indonesia 19 Million'.
Ia turut membagikan 100 ribu sampel data yang memuat NIK, nama lengkap, tanggal lahir, alamat, nomor ponsel, alamat email, jenis pekerjaan dan nama perusahaan.
Data bank syariah
Pada kuartal kedua, data milik Bank Syariah Indonesia (BSI) diduga mengalami kebocoran.
Mulanya, Pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto mengungkap BSI menjadi korban serangan siber modus pemerasan alias ransomware oleh peretas LockBit.
Total data yang diduga dicuri mencapai 1,5 TB, termasuk 15 juta data pengguna dan password untuk akses internal dan layanannya, serta data pribadi nasabah serta informasi pinjaman.
Lockbit awalnya memberi waktu 72 jam agar BSI membayar tebusan dengan tenggat waktu 15 Mei pukul 21.09.46 UTC atau 16 Mei pukul 03.09.56 WIB. Jika tidak, data-data yang berhasil dibobol akan disebar.
Negosiasi diklaim buntu. Lockbit kemudian menyebarkan data-data tersebut. Di antaranya, dua tangkapan layar (screenshot) bertuliskan "Index of/Bank_BSI/ yang berisi dokumen berjudul "Berkas Rumah Dinas BSI", "Dokumen Syarat Akad_19 Apr 2022", dan ID CARD TAD BSM.
Data paspor hingga pemilu di halaman berikutnya...
Data paspor
Pada kuartal ketiga, tepatnya pada Juli, situs blog yang mengklaim sebagai penjahat siber Bjorka mengunggah data 34.900.867 paspor WNI dengan sampel terkompresi 1 GB.
Teguh kembali menjadi sosok yang pertama kali mengungkap informasi terkait dugaan kebocoran data ini.
"Buat yang udah pada punya paspor, selamat karena 34 juta data paspor baru aja dibocorkan & diperjualbelikan," kicau Teguh Aprianto, Rabu (5/7).
"Data yang dipastikan bocor diantaranya no paspor, tgl berlaku paspor, nama lengkap, tgl lahir, jenis kelamin dll," imbuhnya.
Direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim membantah tudingan tersebut dan mengatakan kebocoran data terjadi pada Januari 2022.
Ia mengaku telah mengidentifikasi dan bekerjasama dengan pihak terkait seperti Kemenkominfo dan BSSN untuk menginvestigasi hal tersebut.
"Kejadiannya itu di Januari tahun 2022, kurang lebih kira-kira satu setengah tahun yang lalu. Kita sudah identifikasi. Kemudian kita lagi kejar siapa yang kiranya membuka kemungkinan hal tersebut bisa terjadi," kata Silmy, Selasa (18/7).
Data Dukcapil
Tak berselang lama dari dugaan kebocoran data paspor, Teguh kembali mengungkap dugaan kebocoran data yang dijajakan di forum hacker BreachForums. Data tersebut berupa 337 juta data di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri.
Teguh mengatakan 337 juta data yang bocor itu terdiri dari nama, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor Kartu Keluarga (KK), tanggal lahir, alamat, nama ayah, nama ibu, NIK ibu, nomor akta lahir, nomor akta nikah dan lainnya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Teguh Setyabudi mengklaim data yang bocor itu tak sama dengan milik lembaganya.
"Yang bisa kami informasikan adalah bahwa data yang ada di Breachforums dilihat dari format elemen datanya tidak sama dengan yang terdapat di database kependudukan yang ada di Direktorat Jenderal (Ditjen) Dukcapil saat ini," kata dia, Senin (17/7).
[Gambas:Photo CNN]
Data pemilih
Terbaru, dugaan kebocoran data menimpa Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini lagi-lagi diungkap dalam unggahan di akun X Teguh Aprianto.
"Belum juga pemilu dan tau hasilnya gimana tapi data pribadi kita semua yang terbaru malah udah bocor duluan," tulisnya dalam unggahan tersebut disertai tangkapan layar unggahan data di Breachforums, Selasa (28/11).
Data yang diklaim milik KPU tersebut dibocorkan oleh akun dengan nama Jimbo di BreachForums pada Senin (27/11) pukul 09.21 WIB.
Dalam unggahan tersebut, penjahat siber ini melampirkan sampel data yang diklaimnya didapatkan dari KPU (kpu.go.id). Sampel data tersebut memuat nama, Nomor Induk Kependudukan (NIK), tanggal lahir, hingga alamat.
Penjahat siber ini mengklaim memiliki lebih dari 250 juta (252.327.304) data. Ia juga menyediakan sekitar 500 ribu data sebagai sampel yang bisa dilihat para pengguna BreachForums.
Jimbo menjual data-data tersebut dengan harga 2BTC atau US$74 ribu (Rp1,14 miliar).