Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi sesar baru bernama Sesar Sumedang yang menjadi dalang gempa Sumedang pada 31 Desember 2023. Berikut fakta baru mengenai Sesar Sumedang.
Rahmat Triyono, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, mengatakan pihaknya mengidentifikasi sesar baru bernama Sesar Sumedang yang menjadi dalang gempa pada 31 Desember 2023 lalu. Sesar ini belum pernah terpetakan sebelumnya.
"Kesimpulan kami gempa Sumedang M4,8 disebabkan oleh sesar yang belum terpetakan, dan sudah kami beri nama yakni Sesar Sumedang. Berdasarkan seismitas atau zona hancuran tadi panjang sesar ini 7 Km berarah barat daya - timur laut," kata Rahmat dalam webinar 'Kupas Tuntas Gempa Sumedang', Kamis (11/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menduga Sesar Sumedang merupakan kelurusan dari Sesar Tampomas dengan estimasi panjang Sesar Tampomas-Sumedang kurang lebih 15 Km. Namun demikian, menurutnya hal ini masih perlu data lapangan dan kajian mendalam.
"Rekomendasinya perlu survei mendalam antar lintas sektoral untuk mengkaji sesar aktif dari pendanaan IDRIP (Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project) untuk memastikan lokasi dan lintasan jalur sesar Sumedang," jelas dia.
"Kemudian sebagai upaya mitigasi ke depan perlu mereview kembali perda data ruang pemkab Sumedang, dan perlunya mengecek konstruksi jalan tol yang dilalui sesar Sumedang," imbuhnya.
Sumedang sebelumnya diguncang gempa bumi berkekuatan M4,8 dengan lokasi episenter pada koordinat 6,85 derajat LS dan 107,94 derajat BT, atau tepatnya di darat pada jarak 2 kilometer Timur Laut dari pusat Kota Sumedang, Jawa Barat, dengan kedalaman pusat gempa (hiposenter) 5 kilometer dari permukaan bumi.
Menurut analisa BMKG, gempa tersebut diawali dengan 2 gempa pendahuluan, yang terjadi pada pukul 14.35 WB berkekuatan M4,1 dan pukul 15.38 WIB berkekuatan M3,4, kemudian diikuti beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara M2,4 hingga M4,5.
BMKG menyebut gempa bumi ini merupakan gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif, dengan mekanisme sumber hasil kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault), berarah cenderung Utara-Selatan.
Mudrik R. Daryono, pakar geologi menjelaskan bahwa gempa Sumedang kemarin adalah magnitudo gempa kecil, di bawah M5,5. Gempa ini juga berada di antara sesar aktif di berbagai sisi.
"Gempa bumi Sumedang berada di antara sesar aktif besar, sisi utara, sesar Baribis segmen Tampomas; sisi timur, Sesar Baribis segmen Ceremai; sisi barat Sesar Lembang; sisi selatan, Sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Sesar Garsela," ungkap Daryono.
"Harus waspada karena ilmu pengetahuan kita belum dapat menjawab dengan pasti dan mitigasi harus bersiap dengan kemungkinan terburuk," lanjut dia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya menyebut wilayah Kabupaten Sumedang merupakan wilayah rawan gempa dengan sumber gempa berasal dari zona tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di Samudera Hindia.
Selain itu, gempa juga berasal dari beberapa sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo dan Sesar Cipeles, juga beberapa sesar aktif lainnya yang belum terpetakan.
Sementara menurut Katalog Gempabumi Merusak dari BMKG (2020), lanjut Dwikorita, wilayah Sumedang sebelumnya telah mengalami gempa bumi merusak sebanyak dua kali.
Yakni, pada 14 Agustus 1955 yang menyebabkan banyak kerusakan bangunan, dan pada tanggal 19 Desember 1972 dengan kekuatan M4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.
"Gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung saja, namun juga dirasakan hingga Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, hingga Kabupaten Garut," tutur Dwikorita.
(tim/dmi)