Perlombaan antariksa baru semakin memanas ketika beberapa negara menargetkan pendaratan misi robotik dan misi berawak untuk menjelajahi kutub selatan dan wilayah Bulan lainnya yang belum dijelajahi dan sulit dijangkau.
Misi Chandrayaan-3 dari India berhasil melakukan pendaratan bersejarah di Bulan tahun lalu setelah pesawat ruang angkasa Luna 25 milik Rusia dan wahana HAKUTO-R milik perusahaan Jepang, Ispace, mengalami kecelakaan.
Tahun ini, beberapa misi menuju Bulan. Yang sudah sukses, meski sempat mendarat dalam posisi 'nyungsep', adalah pendarat "Moon Sniper" milik Jepang, bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :101 SCIENCE Berapa Umur Bulan? |
Sementara, program Artemis NASA bermaksud untuk mengembalikan manusia ke permukaan Bulan pada tahun 2026.
Ambisi badan antariksa Amerika Serikat ini termasuk membangun kehadiran manusia yang berkelanjutan di Bulan, dengan habitat yang didukung oleh sumber daya seperti air es di kutub selatan Bulan.
"Dalam konteks perlombaan antariksa yang baru, lanskap bulan akan sangat berbeda dalam 50 tahun mendatang," kata Holcomb.
"Berbagai negara akan hadir, yang mengarah ke berbagai tantangan. Tujuan kami adalah untuk menghilangkan mitos bulan-statis dan menekankan pentingnya dampak kami, tidak hanya di masa lalu tetapi juga saat ini dan di masa depan. Kami bertujuan untuk memulai diskusi tentang dampak kita pada permukaan Bulan sebelum terlambat."
Jejak manusia di Bulan telah dipandang sebagai artefak yang pada dasarnya membutuhkan suatu bentuk perlindungan.
Para peneliti telah lama menyatakan keinginan untuk memelihara situs pendaratan Apollo dan membuat katalog benda-benda yang ditinggalkan untuk melestarikan "warisan ruang angkasa".
Namun, pelestarian seperti ini sulit dilakukan karena tidak ada satu negara atau entitas pun yang "memiliki" Bulan.
"Tema yang berulang dalam pekerjaan kami adalah pentingnya materi Bulan dan jejak kaki di Bulan sebagai sumber daya yang berharga, mirip dengan catatan arkeologi yang kami berkomitmen untuk melestarikannya," kata Holcomb.
"Konsep Antroposen Bulan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kontemplasi mengenai dampak kita terhadap permukaan Bulan, serta pengaruh kita terhadap pelestarian artefak bersejarah."
Pendaratan Apollo 11 di Bulan menandai pertama kalinya manusia menginjakkan kaki di dunia lain.
Jejak kaki yang ditinggalkan di Bulan oleh para astronaut mungkin merupakan simbol perjalanan umat manusia yang sedang berlangsung, yang kemungkinan akan mencakup planet-planet seperti Mars di masa depan, kata para peneliti.
"Sebagai arkeolog, kami melihat jejak kaki di Bulan sebagai perpanjangan dari perjalanan umat manusia keluar dari Afrika, sebuah tonggak penting dalam keberadaan spesies kita," kata Holcomb.
"Jejak-jejak ini terkait dengan narasi evolusi yang menyeluruh. Dalam kerangka kerja inilah kami berusaha untuk menarik minat tidak hanya para ilmuwan planet, tetapi juga para arkeolog dan antropolog yang biasanya tidak terlibat dalam diskusi tentang sains planet."