Sesar atau patahan yang diklaim jadi pemicu gempa dengan Magnitudo 4,8 yang mengguncang Sumedang, Jawa Barat, pada malam pergantian tahun 2024, masih diperdebatkan.
Di akhir 2023, Sumedang diguncang gempa bumi berkekuatan M 4,8 dengan lokasi episenter di darat pada jarak 2 kilometer timur laut dari pusat Kota Sumedang.
Didahului dua gempa, lindu terkuat hari itu punya pusat di kedalaman (hiposenter) yang terbilang dangkal, yakni 5 kilometer. Hal ini membuatnya merusak ratusan bangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai gempa tersebut, penyelidikan Badan Geologi menemukan sesar baru, yakni Sesar Cipeles.
"Kami sampaikan usulkan dijadikan bernama Sesar Cipeles, itu bagian dari sesar aktif," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi M Wafid di kantornya, Bandung, Jumat (19/1).
Dikutip dari siaran persnya, Badan Geologi mengungkap lokasi patahan ini ada di Sungai Cipeles, dengan arah segmen patahan ini barat daya–timur laut relatif ke arah Utara.
Patahan ini "diduga menjadi penyebab gempa bumi yang berpusat di daerah Babakanhurip, Sumedang Utara."
Wafid melanjutkan pihaknya menemuka dua segmen pascagempa. Pertama, segmen di ujung segmen utara–barat terjadi hiposenter dan ditemukan jejaknya di Cipeles.
Kedua, sesar aktif lain di bagian utara.
"Di sekitarnya ada sesar aktif yang barangkali dari ilmu kebumian yang gerak-gerak lempeng itu bisa men-trigger kegiatan ataupun kegiatan penetrasi ekstensi dinamika bumi, bisa menimbulkan aktivitas kembali sesar yang ada, itu salah satunya di Sumedang," kata Wafid.
Sementara itu, BMKG menyebut gempa Sumedang ini merupakan gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif, Sesar Sumedang.
Mekanisme sumbernya adalah hasil kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault), berarah cenderung utara-selatan.
"Memperhatikan sebaran gempa bumi susulan, tatanan tektonik (tectonic setting), dan analisis mekanisme sumbernya, gempa bumi tersebut disebabkan oleh Sesar Aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan, untuk selanjutnya sesuai analisis data seismisitas BMKG disebut Sesar Sumedang," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam sebuah keterangan, Senin (8/1).
(csr/arh)