Masyarakat, kata peneliti, dapat menghabiskan banyak uang untuk membangun infrastruktur untuk menampung air di dalam tanah.
Jika memiliki kondisi geologi tepat, masyarakat dapat menyimpan air dalam jumlah besar di bawah tanah, yang jauh lebih murah, tidak terlalu mengganggu, dan tidak terlalu berbahaya.
Air tanah yang tersimpan juga dapat bermanfaat bagi ekologi wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Bahkan, ketika menyiapkan laporan singkat penelitian pada tahun 2014, Perrone menemukan bahwa pengisian ulang akuifer dapat menyimpan enam kali lebih banyak air per dolar dibandingkan dengan waduk di permukaan.
Menurut Perrone, opsi lainnya adalah fokus mengurangi penggunaan air. Seringkali hal ini melibatkan peraturan, perizinan dan biaya untuk penggunaan air tanah.
Untuk itu, ia saat ini sedang meneliti aturan air di bagian barat AS untuk memahami beragam intervensi ini. Terlepas dari apakah itu berasal dari pasokan atau permintaan, pemulihan akuifer tampaknya membutuhkan intervensi, ungkap penelitian tersebut.
Para penulis melengkapi pengukuran dari sumur pemantauan dengan data dari Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE).
Misi GRACE terdiri dari satelit kembar yang secara tepat mengukur jarak di antara keduanya saat mengorbit Bumi. Dengan cara ini, wahana tersebut mendeteksi fluktuasi kecil dalam gravitasi planet ini, yang dapat mengungkapkan dinamika akuifer pada skala besar.
"Keunggulan GRACE adalah memungkinkan kita untuk mengeksplorasi kondisi air tanah di mana kita tidak memiliki data in-situ," kata Perrone.
"Penilaian kami melengkapi GRACE. Di mana kami memiliki data in-situ, kami dapat mengeksplorasi kondisi air tanah secara lokal, tingkat resolusi yang sangat penting ketika Anda mengelola penipisan."
Resolusi lokal ini sangat penting, seperti yang ditemukan oleh para penulis, karena akuifer yang berdekatan dapat menunjukkan tren yang berbeda.
Meski demikian, tren tingkat air tanah tidak memberikan gambaran keseluruhan. Bahkan ketika akuifer tetap stabil, pengambilan air tanah masih dapat memengaruhi aliran dan air permukaan di dekatnya.
Hal ini menyebabkannya bocor ke bawah permukaan, seperti yang dirinci Perrone dan Jasechko dalam makalah lain di jurnal Nature pada 2021.
Para peneliti juga menganalisis variabilitas curah hujan selama empat dekade terakhir untuk 542 akuifer. Mereka menemukan bahwa 90 persen dari akuifer yang mengalami percepatan penurunan berada di tempat yang kondisinya semakin kering selama 40 tahun terakhir.
Tren ini kemungkinan besar telah mengurangi pengisian air tanah dan meningkatkan permintaan. Di sisi lain, variabilitas iklim juga memungkinkan air tanah untuk pulih kembali di tempat yang kondisinya lebih basah.
Lihat Juga :DEBAT CAWAPRES Benarkah Kiamat Makin Dekat seperti Kata Cak Imin? |
Perrone dan Jasechko sekarang meneliti bagaimana tingkat air tanah bervariasi dari waktu ke waktu dalam konteks perubahan iklim.
Menghubungkan tingkat perubahan ini dengan kedalaman sumur yang sebenarnya akan memberikan prediksi yang lebih baik soal lokasi akses air tanah yang berisiko.
"Penyusutan air tanah tidak dapat dihindari," tandas Jasechko.