Mau Jadi Apa Observatorium Timau?

CNN Indonesia
Selasa, 20 Feb 2024 16:59 WIB
Akan jadi fasilitas macam apa Observatorium Timau, yang letaknya di area Gunung Timau, NTT? BRIN memberi penjelasan.
Observatorium Timau, NTT, ditargetkan diresmikan tahun ini. (www.brin.go.id)
Jakarta, CNN Indonesia --

Observatorium Nasional Timau, NTT, disebut bakal jadi fasilitas kerja sama komunitas astronomi dengan kelengkapan fasilitas yang segera menyusul.

Hal itu terungkap dalam pertemuan bersama para pegiat astronomi Himpunan Astronomi Indonesia (HAI) dari dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Jejaring Observatorium dan Planetarium Indonesia (JOPI), dan Observatorium Bosscha Bandung-Lembang.

"Ke depannya, kata kunci Obnas akan menjadi platform kolaborasi internasional, di mana seperti Observatorium Bosscha yang menjadi platform kerja sama untuk pengamatan dan lain-lain. Selain itu juga dengan komunitas Langit Selatan dan lainnya," kata profesor riset astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin, di Bandung, Senin (12/2), dikutip dari situs BRIN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahap awal di 2024, lanjutnya, Obnas bisa beroperasi dan pengembangan bisa dilakukan.

"Diperlukan juga kontrol dan pengoperasian secara penuh masih banyak yang harus dilakukan," sambung Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Antariksa BRIN ini.

Selain pembangunan teleskop optik, Thomas mengatakan Obnas Timau juga akan dibangun teleskop radio dengan diameter 20 meter untuk penelitian astronomi dan astrofisika.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya menyiapkan fasilitas pendukung lantaran pembangunan obnas ini segera tuntas, yakni listrik dan internet hingga akses yang sesuai standar.

"Obnas Timau harus bisa menjadi pusat kolaborasi. Dalam infrastrukturnya bukan nasional tetapi minimal regional. Selain infrastruktur harus ada programnya untuk mendukung platform kolaborasi," ungkap dia.

BRIN juga akan menyiapkan sejumlah skema untuk penelitian di Obnas. Yakni, program degree by research (DBR), postdoctoral, dan research assistant (RA) untuk mahasiswa S2 dan S3 dengan kuota yang dibatasi.

Obnas Timau juga hanya digunakan untuk penelitian khusus. Kolaborasi penelitian diharapkan tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga luar negeri.

Handoko berharap skema yang ditawarkan ini bisa diterapkan agar Obnas Timau ke depannya dapat beroperasi, baik dari segi teknis maupun substansinya.

Selain itu, Stasiun Lapangan Observatorium Timau diharapkan dapat menjadi pengungkit ekosistem riset, platform untuk kolaborasi internasional, dan menciptakan generasi penerus yang berkarya di bidang riset antariksa dengan memanfaatkan fasilitas tersebut.

Kerja sama dengan kampus

Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Albertus Sulaiman berharap pertemuan dengan HAI akan mempercepat program di lembaganya terkait penguasaan iptek radio atmospheric science.

"Kita sudah menyiapkan rencana pengembangan sumber daya manusia (S2-S3) dengan platform DbR+RA (dengan skema visiting ke RISH-Kyoto setiap tahun), serta skema postdoc dan visiting scientist," ungkap Albertus.

"Untuk mendukung riset, kami berharap perbaikan instrumen EAR (Equatorial Atmosphere Radar) di Kototabang segera dilakukan dalam hal ini akan dikoordinasikan dengan Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi," tambah dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging mengungkapkan pihaknya akan mempersiapkan tema riset yang dapat dikerjasamakan dengan ITB dan bisa digunakan menjadi tema kuliah bagi calon mahasiswa yang tertarik untuk berkarya di Timau.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER