Ahli Temukan Spesies Baru Anakonda, 'Monster' Unik Amazon

CNN Indonesia
Jumat, 23 Feb 2024 18:47 WIB
Pakar asal Belanda dan kolega menemukan spesies baru anakonda berukuran besar yang digambarkan bak 'monster'.
Pakar Belanda bersama spesies baru anakonda temuan timnya. (Foto: dok. freek j vonk)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar dari sejumlah negara berhasil menemukan spesies baru ular legendaris yang terkenal dengan ukuran raksasa, anakonda (anaconda), di Sungai Amazon, Brasil. Penemunya menggambarkan ular tersebut bak 'monster'.

Temuan ini diungkap salah satu penulis studi, Freek Vonk, profesor di VU University Amsterdam, Belanda, lewat unggahan akun instagram pribadinya, Senin (19/2).

"Bersama dengan 14 ilmuwan lain dari sembilan negara, hari ini saya mengidentifikasi spesies ular BARU dari Amazon. Dan bukan ular sembarangan. Seekor ular yang sangat besar! Kami menemukan spesies ular terbesar di dunia, anaconda hijau - seperti yang kita ketahui dari film dan semua cerita tentang ular raksasa - sebenarnya terdiri dari DUA spesies yang berbeda!" tulis Vonk dalam penjelasannya di Instagram, dikutip Jumat (23/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vonk menjelaskan anakonda hijau ini terdapat di bagian utara Amerika Selatan, termasuk Venezuela, Suriname, dan Guyana Perancis. Ular ini, kata dia, kelihatannya berasal dari spesies yang sama sekali berbeda dari anakonda pada umumnya.

Meski terlihat hampir sama, perbedaan genetik antara spesies baru dengan anakonda adalah 5,5 persen. Menurut Vonk, perbedaan genetik itu sangat signifikan.

"Sebagai gambaran, manusia dan simpanse hanya berbeda sekitar 2 persen secara genetik," ujar dia.

species baru anakonda hijau. dok freek j vonkSpesies baru anaconda hijau utara. (Foto: dok. Freek j Vonk dkk di jurnal MDPI)

Vonk menambahkan para pakar juga sudah memberi nama latin untuk spesies baru ini, yakni Eunectes akayima, yang berarti 'anakonda hijau utara'. Kata akayima berasal dari beberapa bahasa asli Amerika Selatan bagian utara yang bermakna 'ular besar'.

Ia menggambarkan ular tersebut "seperti monster" karena memiliki badan setebal ban mobil, dengan panjang 8 meter dan beratnya lebih dari 200 kg, serta kepala sebesar kepala manusia.

Dalam jurnal yang terbit di MDPI bertajuk 'Disentangling the Anacondas: Revealing a New Green Species and Rethinking Yellows', para pakar mengidentifikasi dua kelompok yang berbeda dalam Eunectes murinus, yang menunjukkan bahwa dua spesies tersebut secara genetik sangat berbeda.

"Hal ini menyebabkan pengakuan anakonda hijau utara sebagai spesies yang terpisah (Eunectes akayima), berbeda dengan spesies selatannya (E. murinus), anaconda hijau selatan," demikian menurut para peneliti.

"Selain itu, data kami menantang pemahaman saat ini mengenai spesies anakonda kuning dengan mengusulkan penyatuan Eunectes deschauenseei dan Eunectes beniensis ke dalam satu spesies dengan Eunectes notaeus," lanjut mereka.

Para pakar percaya penelitian ini memiliki implikasi penting bagi konservasi spesies reptil ikonik ini.

Mereka juga menyoroti kurangnya pengetahuan kita tentang keanekaragaman fauna Amerika Selatan dan perlunya strategi yang direvisi untuk melestarikan spesies yang baru diidentifikasi dan diklasifikasikan ulang.

Lebih lanjut, jurnal tersebut menekankan penelitian ini memberikan sampel anakonda yang paling luas hingga saat ini dan memunculkan pertanyaan baru tentang garis keturunan, sejarah geologi, dan status konservasi kelompok Eunectes.

Peristiwa-peristiwa bersejarah, geografis, dan berskala bentang alam mungkin telah membentuk distribusi dan komposisi spesies saat ini.

"Melihat ekologi anaconda saat ini, tampaknya seluruh cekungan Amazon/Orinoco akan menjadi area penyebaran anakonda yang bebas."

"Namun, kehadiran spesies baru yang masih dirahasiakan di utara dan E. murinus di selatan menunjukkan bahwa kita masih mengetahui sedikit sekali tentang dinamika aliran gen dari vertebrata besar di ekosistem terestrial yang paling beragam di dunia," tulis para pakar.

Penulis pun mendorong studi lebih luas soal sebaran ular anakonda di Amazon lantaran diduga masih banyak spesies yang belum terdeteksi.

"Gagasan bahwa mungkin ada populasi E. notaeus yang hidup di seluruh lembah Amazon yang berhasil menghindari deteksi berkat warna yang secara dangkal mirip dengan E. murinus cukup membingungkan

"Dan berbicara dengan lantang tentang perlunya pengambilan sampel yang menyeluruh untuk mendokumentasikan keanekaragaman yang masih kita miliki dengan lebih baik," pungkas peneliti. 

[Gambas:Instagram]

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER