Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap Indonesia bagian selatan sudah melewati periode puncak musim hujan dan mulai masuk periode peralihan musim alias pancaroba.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia.
"Berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia," kata dia, dalam siaran pers, Minggu (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, hal tersebut "mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April."
Dalam keterangannya pada konferensi pers tahun lalu, Dwikorita menyebut wilayah selatan Indonesia lebih terkena dampak El Nino atau lebih kering imbas posisinya yang lebih dekat dengan Benua Australia.
Benua Kanguru ini menjadi asal angin timuran atau Angin Monsun Australia yang membawa udara kering ke Indonesia.
Wilayah bagian selatan ini sendiri terdiri dari Sumatra bagian selatan, Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.
Dwikorita melanjutkan salah satu ciri masa peralihan dari musim hujan ke kemarau "adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari."
Hal ini, kata dia, terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
Karakteristik hujan pada periode ini, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.
Jika kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil, potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," paparnya.
Walhasil, BMKG mewanti-wanti masyarakat soal potensi cuaca ekstrem selama periode pancaroba yang diprakirakan berlangsung pada Maret-April 2024.
"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkap dia.
"Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," tambah dia.
Lihat Juga : |
Meski begitu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkap beberapa fenomena atmosfer yang bisa memicu peningkatan curah hujan masih aktif di wilayah Indonesia.
Pertama, aktivitas angin Monsun Asia pembawa hujan yang masih dominan.
Kedua, aktivitas fenomena atmosfer Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan ke depan.
Ketiga, aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.
"Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia," imbuh Guswanto.
Dalam keterangan terpisah, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab mengungkap beberapa wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki periode kemarau.
"Dapat kami sampaikan, saat ini memang kita dalam periode puncak musim hujan 2024, di bulan Januari dan Februari," jelasnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024 yang disiarkan di YouTube Kemendagri, Senin (5/2).
"Namun demikian ada beberapa wilayah yang sudah mulai memasuki periode kemarau seperti bulan Februari itu di Aceh, Riau, Sumatra Utara bagian Timur. Karena di daerah itu memang terjadi dua kali musim hujan dan saat ini sudah masuk musim kemarau yang kedua," lanjut dia.
Fachri menyebut transisi ke musim kemarau di Indonesia secara umum terjadi pada Mei. Puncak musim kemarau, kata dia, akan terjadi pada Juli hingga Agustus.
Ia mencatat beberapa wilayah perlu mendapat perhatian karena curah hujan yang rendah.
"Kita mulai memasuki transisi ke periode musim kemarau itu pada bulan Mei. Ini daerah-daerah yang perlu menjadi kewaspadaan kita, seperti Jawa Tengah bagian Timur, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, curah hujan sudah dalam kategori rendah di bulan Mei. Ini kaitannya dengan penanaman tanaman pangan," tutur Fachri.
(tim/arh)