Beberapa orang Kristen tak risau setiap kali mereka ditanyai tentang penampakan Yesus. Mereka mengatakan kisah Paskah tidak ada hubungannya dengan warna dan pesan Yesus.
Mereka mengutip kitab suci seperti Galatia 3:28, 29: ("Tidak ada orang Yahudi atau orang bukan Yahudi, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada laki-laki dan perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.")
"Apakah Yesus digambarkan dalam karya seni kontemporer dan ikon sebagai orang kulit putih, hitam, coklat, Hispanik atau Timur Tengah, seharusnya tidak menjadi masalah, karena fisik Yesus hanyalah sebuah wadah yang digunakan untuk membawa sesuatu yang jauh lebih penting, yaitu roh ayahnya; Tuhan," tulis Antony Pinol dalam sebuah kolom yang berjudul, 'Why Jesus' Skin Color Doesn't Matter'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ketika orang menjadi terlalu fokus pada karakteristik fisik Yesus, mereka menjadi lebih sulit untuk mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Baginya, warna kulit Yesus tidak membuat perbedaan.
"Hal itu tidak secara fundamental mengubah apa yang dia perjuangkan dan jenis pesan yang menjadi inti dari kekristenan dan apa yang Yesus perjuangkan dalam hidup dan tindakannya," kata Pinol.
"Dia bisa menjadi warna apa pun dan itu tidak akan mengubah pesannya."
Christina L. Barr, pendeta dan penulis yang pernah bekerja di bidang politik Partai Republik, mengatakan semua orang berdosa dan Yesus mati untuk mereka semua, tanpa memandang warna kulit mereka.
"Surga tidak eksklusif untuk orang kaya atau berkulit putih. Tangan Tuhan terulur untuk semua orang," ujar dia, mengutip CNN, Senin (1/4).
Dalam sebuah kolom di Black Tea News, ia membayangkan jika Yesus kembali ke Amerika kontemporer sebagai seorang pria kulit hitam.
Akan ada kegembiraan awal di antara beberapa orang sampai Yesus mulai berkhotbah tentang meninggalkan amoralitas seksual dan keserakahan, katanya.
"Pada saat dia menyinggung para penyedia layanan aborsi dengan mengatakan bahwa Tuhan membenci tangan-tangan yang menumpahkan darah orang tak berdosa dan menegur orang Amerika atas ketamakan kita, dia akan disebut sebagai orang yang fanatik dan dibatalkan," urai dia, menyindir kebijakan pro-aborsi Partai Demokrat AS.
Terlepas dari perdebatan itu, kitab suci sendiri tak menjelaskan mengenai warna kulit Yesus.
Salah satu elemen yang menarik dari Perjanjian Baru adalah bahwa bahkan para murid Yesus pun tidak tahu seperti apa rupa Yesus dalam kisah-kisah Paskah.
Seorang murid mengira Yesus seorang tukang kebun, dua murid lainnya berjalan di sampingnya di jalan tanpa mengenalinya, dan murid-murid yang lain tidak mengenalinya pada awalnya ketika mereka bertemu dengannya di pantai.
Penulis Frederick Buechner pernah mencobanya, dengan penuh kenangan menggambarkan mereka bertemu dengan "suatu versi yang baru dan mengerikan" dari Yesus, "yang cacat akibat mutilasi Salib" sambil berdiri dan bergerak ke arah mereka dengan "kekuatan yang tak terkatakan."
(tim/dmi)