Alasan Jabodetabek Masih Rajin Diguyur Hujan Sepekan ke Depan
Sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), diprediksi bakal rutin diguyur hujan sepekan ke depan. Apa alasannya?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap secara umum kondisi cuaca di sejumlah wilayah Indonesia sepekan ke depan akan diwarnai peningkatan curah hujan dengan intensitas bervariasi. Hal ini juga berlaku untuk wilayah Jabodetabek.
Untuk wilayah Jabodetabek, sepekan ke depan berpotensi akan terus diguyur hujan dengan intenstias ringan hingga sedang di beberapa wilayah.
BMKG menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan hujan bakal mengguyur sejumlah wilayah Jabodetabek.
Dalam keterangan resminya, BMKG mengungkap sejumlah fenomena atmosfer yang terjadi secara signifikan, memicu rajinnya hujan turun di berbagai wilayah dalam seminggu ke depan.
Pertama, yakni aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di sebagian wilayah. Yakni, Jawa bagian tengah hingga timur, Bali, NTB, NTT, Maluku, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Kedua, gelombang atmosfer Kelvin diprakirakan aktif di wilayah Sumatra.
Ketiga, sirkulasi siklonik yang terpantau di Samudra Pasifik utara Papua Barat dan Samudera Hindia Barat Bengkulu. Fenomena ini membentuk daerah konvergensi memanjang di antaranya di Samudera Pasifik utara Papua, Perairan utara Kepulauan Bangka Belitung hingga Sumatra Selatan.
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, mengatakan kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang.
"Dengan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin. Kondisi ini berlangsung sebagian wilayah Indonesia hingga 21 April 2024," ujar Guswanto, mengutip laman resmi BMKG, Senin (15/3).
Selain itu, Guswanto mengungkap kemunculan fenomena Antecedent Precipitation atau terjadinya curah hujan yang turun sebelumnya yang memiliki kemungkinan dapat memperparah dampak cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai.
BMKG menghimbau masyarakat agar tetap waspada, khususnya yang bertempat tinggal daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir.
Kapan musim kemarau di Jakarta?
BMKG sebelumnya memprediksi musim kemarau bakal melanda sejumlah sejumlah wilayah Indonesia, termasuk di Jabodetabek, mulai April 2024.
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, mengungkap awal musim kemarau di Indonesia tidak terjadi bersamaan.
"BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi seiring aktifnya monsun Australia pada April 2024, yang akan dimulai dari wilayah NTT, NTB, dan Bali," kata Dwikorita dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (15/3).
"Lalu wilayah Jawa, kemudian mendominasi di seluruh wilayah Indonesia pada periode Mei-Agustus 2024," ungkap dia menambahkan.
Dwikorita melanjutkan, dari total 699 zona musim atau ZOM yang ada di Indonesia, sebanyak 90 ZOM atau 13 persen diprediksi akan memasuki kemarau mulai April 2024. Daerahnya di antaranya sebagian Bali, NTB, NTT, pesisir utara Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan bagian pesisir Jawa Timur.
Kemudian sebanyak 133 ZOM wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024. Daerahnya meliputi wilayah Jakarta, sebagian kecil Jabar, Jateng, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian Jawa Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua, dan Papua Selatan.
Dalam siaran pers sebelumnya, BMKG menyebut puncak musim hujan sudah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya wilayah RI bagian selatan khatulistiwa, terutama Jawa hingga NTT.
Pada April, BMKG menyebut kemarau diprediksi mulai terjadi di pesisir utara Banten, Jakarta, dan Jawa Barat, bagian pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, NTB, dan NTT.
Awal musim kemarau tiba di kawasan selatan Indonesia itu seiring aktifnya Monsun Australia, atau angin kering dari Benua Kanguru. Puncak musim kemaraunya, kata BMKG, secara umum di seluruh Indonesia bakal terjadi pada Juli-Agustus 2024.
(tim/dmi)