Ilmuwan Ungkap Misteri Lubang Raksasa di Antarktika

CNN Indonesia
Jumat, 03 Mei 2024 18:11 WIB
Gambar lubang raksasa tertangkap di es laut di sekitar Antarktika, besarnya hampir dua kali lipat dari Wales. (Foto: Arsip foto: NASA Earth Observatory)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ilmuwan baru-baru ini berhasil mengungkap misteri di balik lubang pada es laut di sekitar Antarktika, yang hampir dua kali lebih besar dari Wales dan terjadi selama musim dingin 2016 dan 2017.

Sebuah studi yang terbit Rabu (1/5) di Science Advances mengungkap proses kunci yang selama ini tidak diketahui oleh para ilmuwan, yakni bagaimana lubang yang disebut polynya dapat terbentuk dan bertahan selama beberapa pekan.

Tim peneliti dari University of Southampton, University of Gothenburg, dan University of California San Diego mempelajari Maud Rise polynya. Nama tersebut diberikan sesuai dengan fitur mirip gunung yang terendam di Laut Weddell, tempat polynya ini muncul.

Para peneliti menemukan polynya disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara angin, arus laut, dan geografi dasar laut yang unik, yang mengangkut panas dan garam ke permukaan.

Di Antarktika, permukaan lautan membeku pada musim dingin, dengan es laut yang menutupi area seluas dua kali luas benua Amerika Serikat.

Pada wilayah pesisir, bukaan pada es laut terjadi setiap tahun. Di sini, angin pantai yang kuat meniup benua dan mendorong es menjauh, memperlihatkan air laut di bawahnya.

Polynya jauh lebih jarang terbentuk di es laut di lautan terbuka yang berjarak ratusan kilometer jauhnya dari pantai, di mana lautnya memiliki kedalaman ribuan meter.

"Polynya Maud Rise ditemukan pada tahun 1970-an ketika satelit penginderaan jarak jauh yang dapat melihat es laut di Samudra Selatan pertama kali diluncurkan," ujar Aditya Narayanan, peneliti pascadoktoral di University of Southampton, yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Eurekalert.

Polynya ini bertahan selama musim dingin berturut-turut dari tahun 1974 hingga 1976 dan para ahli kelautan pada saat itu mengasumsikannya sebagai kejadian tahunan. Namun sejak tahun 1970-an, hal ini hanya terjadi secara sporadis dan dalam waktu yang singkat," lanjutnya.

"Tahun 2017 adalah pertama kalinya kami memiliki polynya yang begitu besar dan berumur panjang di Laut Weddell sejak tahun 1970-an," tambahnya.

Fabien Roquet, seorang Profesor Oseanografi Fisik di University of Gothenburg dan salah satu penulis penelitian ini menjelaskan ada proses yang terjadi agar polynya dapat bertahan. Menurutnya, harus ada masukan tambahan garam dari suatu tempat.

Para peneliti menggunakan peta es laut hasil penginderaan jarak jauh, pengamatan dari pelampung otonom dan mamalia laut yang diberi tag, serta model komputasi keadaan laut.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa ketika arus Laut Weddell mengalir di sekitar Maud Rise, pusaran air yang bergejolak memindahkan garam ke puncak gunung laut.

Dari sini, sebuah proses yang disebut 'pemindahan Ekman' membantu memindahkan garam ke sisi utara Maud Rise, di mana polynya pertama kali terbentuk.

Pemindahan Ekman melibatkan air yang bergerak dengan sudut 90 derajat terhadap arah angin yang bertiup di atasnya, yang memengaruhi arus laut.

"Transpor Ekman adalah unsur penting yang hilang yang diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan garam dan mempertahankan pencampuran garam dan panas ke permukaan air," kata Alberto Naveira Garabato, peneliti dari University of Southampton yang turut terlibat dalam studi ini.

Polynya sendiri adalah area di mana terjadi perpindahan panas dan karbon dalam jumlah besar antara lautan dan atmosfer. Sedemikian besar sehingga dapat memengaruhi kondisi panas dan karbon di wilayah tersebut.

Jejak polynya disebut dapat bertahan dalam air selama beberapa tahun setelah terbentuk. Mereka dapat mengubah bagaimana air bergerak dan bagaimana arus membawa panas ke arah benua.

Perairan dengan densitas tinggi yang terbentuk di sini dapat menyebar ke seluruh samudra global.

Beberapa proses yang sama yang terlibat dalam pembentukan polynya Maud Rise, seperti pengangkatan air laut dalam dan asin, juga mendorong pengurangan es laut secara umum di Samudra Selatan.

(lom/dmi)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK