Ahli Kritik Keras Jualan Sawit 'Bonus' Orang Utan ala Malaysia

CNN Indonesia
Selasa, 14 Mei 2024 17:27 WIB
Ilustrasi. Orang utan jadi iming-iming pembelian sawit Malaysia. (Foto: Irsan Mulyadi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Managing Director Borneo Futures Erik Meijaard menyebut rencana Malaysia menggunakan orang utan sebagai media diplomasi sebagai langkah yang "sangat buruk."

Menurut Meijaard, yang merupakan ilmuwan konservasi, kasus orang utan ini agak berbeda dengan diplomasi panda di China yang menjadi rujukan Malaysia.

"Ide diplomasi orang utan dari Malaysia adalah ide yang sangat buruk. Perbandingan dengan diplomasi panda dari China tidak valid karena tidak seperti panda, ada banyak orang utan di kebun binatang dan mungkin tidak akan ada banyak permintaan dari kebun binatang internasional untuk mereka," kata Meijaard kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/5).

Meijaard juga mengatakan populasi orang utan di alam liar tidak bertumbuh, sehingga mengambil primata-primata ini untuk diberikan ke negara lain malah akan merusak konservasi orang utan.

"Faktanya, semua populasi orang utan yang telah diteliti dan disurvei selama 30 tahun terakhir diperkirakan mengalami penurunan, yang berkaitan dengan hilangnya habitat dan tingkat perburuan dan pembunuhan yang tidak berkelanjutan," tuturnya.

Malaysia tengah berencana menerapkan hadiah orang utan kepada negara-negara yang membeli minyak sawitnya. Kuala Lumpur mengusulkan inisiatif setelah terinspirasi dari kebijakan China, 'diplomasi panda'.

Kementerian Perdagangan Malaysia Johari Abdul Ghani mengatakan, dengan "diplomasi orang utan", Malaysia akan memberikan kera besar yang terancam punah itu kepada negara-negara yang membeli minyak sawitnya.

Terutama negara-negara pengimpor utama seperti Uni Eropa dan India.

"Dengan memperkenalkan 'diplomasi orang utan', ini akan menunjukkan kepada dunia, bahwa Malaysia selalu berkomitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati," ujarnya dalam unggahan di platform media sosial X.

Jumlah orang utan

Orang utan adalah satu-satunya kera besar yang hidup di daratan Asia. Primata ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii), orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis), dan orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus).

Menurut data Forum Orang utan Indonesia (FORINA), orang utan kalimantan saat ini berjumlah 57.360 ekor, orang utan sumatera berjumlah 14.710 ekor, sedangkan orang utan tapanuli berjumlah 760 ekor.

Forina, bersama dengan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melakukan Population and Habitat Viability Analysis/ PHVA orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus) sejak 2015.

Hasil analisis tersebut menemukan 71.820 individu orang utan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, yang tersebar pada 51 metapopulasi di kawasan seluas 17.460.000 hektar.

Sementara itu, orang utan tapanuli hanya dapat dijumpai di Ekosistem Batang Toru, di Sumatera Utara. Jenis ini baru dinobatkan sebagai spesies baru pada November 2017.

Sementara itu, data red list dari The International Union for Conservation of Natur (IUCN) menyebut populasi orang utan sumatera berjumlah 13.846 ekor, merujuk pada penelitian Serge Wich pada 2016.

Masih merujuk pada penelitian Wich, IUCN menyebut populasi orang utan tapanuli kurang dari 800 ekor.

Di sisi lain, IUCN tidak mengungkap secara pasti berapa jumlah orang utan kalimantan. Namun, sebuah pantauan udara di Sabah, Malaysia menyebut populasi orang utan kalimantan di negara tetangga mencapai 11 ribu ekor.

(lom/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK