Sains Buktikan Efek Ngeri Medsos Buat Otak Remaja

CNN Indonesia
Senin, 03 Jun 2024 14:23 WIB
Sebuah penelitian terbaru mengungkap efek mengerikan media sosial untuk perkembangan otak remaja. Simak penjelasannya.
Ilustrasi. Sebuah penelitian terbaru mengungkap efek mengerikan media sosial untuk perkembangan otak remaja. (Foto: iStock/SeventyFour)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah penelitian terbaru mengungkap efek mengerikan media sosial seperti TikTok, Facebook, Instagram, hingga X (sebelumnya Twitter) untuk perkembangan otak remaja. Simak penjelasannya.

Studi tersebut menemukan hubungan nyata antara durasi tidur, penggunaan media sosial dan penggunaan seluruh bagian otak yang menjadi kunci untuk kontrol eksekutif dan pengolahan informasi.

Penelitian tersebut berjudul 'Interconnected Dynamics of Sleep Duration, Social Media Engagement, and Neural Reward Responses in Adolescents' dan telah tayang di Jurnal SLEEP 2024 pada 20 April lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara durasi tidur yang lebih singkat dan penggunaan media sosial yang lebih besar pada remaja. Analisis tersebut mengungkap keterlibatan area di daerah otak frontlimbik, seperti girus frontal inferior dan tengah, dalam hubungan ini.

Gyrus frontal inferior, kunci dalam mengontrol perilaku, dapat berperan penting bagaimana remaja mengatur keterlibatan mereka dengan rangsangan yang bermanfaat seperti media sosial. Sementara, gyrus frontal tengah, yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan penting dalam menilai dan merespons manfaat, sangat penting dalam mengelola keputusan yang berkaitan dengan penyeimbangan manfaat langsung dari media sosial dengan prioritas lain seperti tidur.

Hasil ini menunjukkan interaksi yang bernuansa antara daerah otak tertentu selama masa remaja dan pengaruhnya terhadap perilaku tidur dalam konteks penggunaan media sosial.

"Karena otak muda ini mengalami perubahan yang signifikan, temuan kami menunjukkan bahwa kurang tidur dan keterlibatan media sosial yang tinggi berpotensi mengubah sensitivitas penghargaan saraf," kata Orsolya Kiss, ilmuwan peneliti di SRI International di Menlo Park, California, mengutip Science Daily, Senin (3/6).

"Interaksi yang rumit ini menunjukkan bahwa keterlibatan digital dan kualitas tidur secara signifikan memengaruhi aktivitas otak, dengan implikasi yang jelas untuk perkembangan otak remaja," lanjutnya.

Penelitian ini melibatkan data dari 6.516 remaja, usia 10-14 tahun, dari Adolescent Brain Cognitive Development Study. Durasi tidur dinilai dari kuesioner Munich Chronotype, dan penggunaan media sosial untuk hiburan melalui Youth Screen Time Survey.

Aktivitas otak dianalisis dari pemindaian MRI fungsional selama tugas penundaan insentif moneter, yang menargetkan wilayah yang terkait dengan pemrosesan hadiah. Penelitian ini menggunakan tiga set model yang berbeda dan mengganti prediktor dan hasil setiap kali.

Hasilnya disesuaikan dengan usia, waktu pandemi Covid-19, dan karakteristik sosio-demografis.

Menurut Kiss penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana dua aspek penting dalam kehidupan remaja modern, penggunaan media sosial dan durasi tidur, berinteraksi dan berdampak pada perkembangan otak.

"Memahami wilayah otak tertentu yang terlibat dalam interaksi ini membantu kami mengidentifikasi potensi risiko dan manfaat yang terkait dengan keterlibatan digital dan kebiasaan tidur," kata Kiss.

"Pemahaman ini sangat penting karena dapat memandu pengembangan intervensi yang lebih tepat dan berbasis bukti yang bertujuan untuk mempromosikan kebiasaan yang lebih sehat," imbuhnya.

American Academy of Sleep Medicine menganjurkan agar remaja berusia 13 hingga 18 tahun untuk tidur selama 8 hingga 10 jam secara teratur. AASM juga mendorong remaja untuk memutuskan sambungan dari semua perangkat elektronik setidaknya 30 menit hingga satu jam sebelum tidur.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER