Sapi Super Viatina-19 Pecahkan Rekor Dunia, Kenapa Dibanderol Rp63 M?

tim | CNN Indonesia
Rabu, 19 Jun 2024 07:04 WIB
Guinness World Records menobatkan sapin Viatina-19 FIV Mara Moveis sebagai yang termahal yang pernah dijual dalam lelang. Simak keunggulan jenis ini.
Ilustrasi. Kloning sapi bibit unggul lazim dilakukan di Brasil. (REUTERS/RULA ROUHANA)

Di luar ragam keunggulannya, sapi Viatina-19 juga memicu kritik, termasuk dalam hal dampak pada pemanasan global dan efektivitas pakannya.

Berikut rinciannya:

Masalah iklim

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Brasil punya lebih dari 230 juta sapi, yang menurut Departemen Pertanian AS menjadi negara dengan populasi sapi potong terbesar di dunia.

Hal ini memicu masalah emisi gas rumah kaca; 86 persen terkait dengan produksi pangan, terutama daging sapi dan kedelai, menurut laporan Bank Dunia. bulan lalu.

Sebagian besar hutan hujan Amazon telah ditebang untuk dijadikan padang rumput, melepaskan karbon yang tersimpan di pepohonan, dan sapi mengeluarkan metana yang jauh lebih buruk bagi iklim.

Rodrigo Gomes, peneliti sapi potong di perusahaan penelitian pertanian milik pemerintah, menyebut salah satu cara terbaik untuk mengurangi emisi peternakan adalah dengan mengurangi usia pemotongan sapi.

Sapi elite dapat bertambah berat badannya dengan cukup cepat sehingga bisa disembelih dalam usia yang jauh lebih muda.

Ada pula yang mengatakan bahwa perbaikan genetik memang membantu, namun itu tak signifikan mengurangi pemanasan global.

Beto Veríssimo, ahli agronomi yang ikut mendirikan organisasi nirlaba lingkungan Imazon, mengatakan langkah yang lebih sederhana dan efektif ialah menanam rumput yang lebih baik untuk penggembalaan.

Selain itu, secara teratur memindahkan ternak dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya.

Infografis Dan Bumi pun Makin Panas(CNNIndonesia/Basith Subastian)

Tak efisien

P.J. Budler, pengamat ternak dan manajer bisnis internasional untuk Trans Ova Genetics, perusahaan yang berfokus pada peningkatan gen sapi, menyebut Viatina-19 tidak menguntungkan dalam skala komersial.

Pasalnya, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya hanya dari rumput.

"Dari segi lingkungan dan sumber daya yang diperlukan untuk memelihara sapi seperti [Viatina-19] itu, sapi ini cocok, namun ia bukan jawaban untuk semua sapi di mana pun," katanya.

Peternak Texas lainnya, Grant Vassberg, yang mengunjungi ExpoZebu pada 2023 untuk mempelajari masalah genetika lebih kritis, menyebut sapi semacam Viatina-19 itu sebagai "keanehan buatan manusia".

"Menurut saya, dia (sapi) butuh peluru di kepalanya. Dia adalah racun bagi industri ini," cibirnya. "Kami masih membutuhkan sapi agar bisa efisien dalam mengolah rumput. Begitulah cara Anda memberi makan dunia."

(arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER