Fakta-fakta Pavel Durov, CEO Telegram yang Ditangkap di Prancis

CNN Indonesia
Minggu, 25 Agu 2024 12:50 WIB
Siap Pavel Durov, pendiri Telegram yang ditangkap Prancis? Simak fakta-faktanya berikut.
Pavel Durov, pendiri Telegram, ditangkap di Prancis. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO aplikasi perpesanan Telegram, ditangkap di bandara Bourget, Prancis, Sabtu (24/8) malam. Simak fakta-fakta soal miliarder kelahiran Rusia ini.

Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya, dikutip dari pemberitaan media Prancis TF1 TV dan BFM TV, melansir Reuters, mengungkap penangkapan terhadap Durov itu terkait dengan penyelidikan pada kurangnya moderasi konten di Telegram.

Polisi menilai situasi di Telegram ini memungkinkan aktivitas kriminal terus berlanjut tanpa hambatan di aplikasi perpesanan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telegram belum menanggapi permintaan komentar Reuters. Senada, Kementerian Dalam Negeri Prancis dan polisi tidak memberikan komentarnya soal masalah ini.

Sementara, Rusia, yang sebelumnya sempay mencoba melarang Telegram, mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk "memperjelas" situasi Durov.

Berikut fakta-fakta soal Durov dan Telegram:

Kelahiran Rusia

Durov merupakan pria kelahiran Rusia, 39 tahun lalu. Ia merupakan pendiri dan pemilik aplikasi perpesanan Telegram, platform gratis yang bersaing dengan WhatsApp milik Facebook, atau Instagram, TikTok, dan Wechat.

Platform tersebut punya misi untuk melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu satu tahun.

Telegram berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet. Aplikasi ini telah menjadi sumber informasi penting tentang perang Rusia di Ukraina, yang banyak digunakan oleh pejabat Moskow dan Kyiv.

Beberapa analis menyebut aplikasi ini sebagai "medan perang virtual" untuk perang tersebut.

Banyak kewarganegaraan

Durov, yang kekayaannya diperkirakan oleh Forbes sebesar US$15,5 miliar, meninggalkan Rusia pada 2014 setelah menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VKontakte miliknya, yang dijualnya.

Ia kemudian menjadi warga negara Prancis pada Agustus 2021.

Sementara, dirinya dan Telegram pindah kantor ke Dubai pada 2017. Menurut media Prancis, Durov juga menerima kewarganegaraan Uni Emirat Arab (UEA). Ia juga merupakan warga negara St. Kitts and Nevis, negara kepulauan ganda di Karibia, menurut laporan media.

"Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun," kata Durov kepada jurnalis AS Tucker Carlson pada April, tentang kepergiannya dari Rusia dan pencarian kantor pusat untuk perusahaannya yang mencakup Berlin, London, Singapura, dan San Francisco.

Rusia pernah blokir

Rusia mulai memblokir Telegram pada 2018 setelah aplikasi tersebut menolak untuk mematuhi perintah pengadilan untuk memberikan akses kepada layanan keamanan negara ke pesan terenkripsi milik penggunanya.

Tindakan tersebut tidak banyak berpengaruh pada ketersediaan Telegram di sana, tetapi memicu protes massal di Moskow dan kritik dari LSM.

Popularitas Telegram yang terus meningkat mendorong pengawasan dari beberapa negara di Eropa, termasuk Prancis, terkait masalah keamanan dan pelanggaran data.

Pada Mei, regulator teknologi Uni Eropa mengatakan telah menghubungi Telegram karena hampir mencapai kriteria penggunaan utama yang dapat membuatnya tunduk pada persyaratan yang lebih ketat menurut undang-undang konten daring Uni Eropa.

Pernah kunjungi Indonesia

Durov pernah datang ke Indonesia dan menggelar pertemuan dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika era Rudiantara, di Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Saat itu, Telegram sempat diblokir Indonesia karena ogah menuruti berbagai aturan.

Namun, Durov tidak memastikan soal peluang pendirian kantor perwakilan di Indonesia. "Soal kantor di Jakarta, kami belum putuskan, namun yang pasti kami ada perwakilan di Indonesia," kata dia, saat itu.

Permintaan membuka kantor perwakilan merupakan salah satu persyaratan yang disebutkan oleh Kemenkominfo beberapa waktu lalu, tak lama ketika mereka memblokir layanan situs web mereka.

[Gambas:Video CNN]

(reuters/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER