Pakar MIT Bongkar Cara Puasa Bikin Hantam Pemicu Kanker

CNN Indonesia
Senin, 02 Sep 2024 09:54 WIB
Para pakar mengungkap proses ilmiah bagaimana tubuh bisa mencegah kemunculan penyakit, termasuk kanker, usai melakukan puasa.
Ilustrasi. Para pakar menyimpulkan bahwa puasa membantu regenerasi sel punca usus dan dapat menyembuhkan penyakit. (Foto: iStock/peterschreiber.media)

Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa sel-sel ini mengaktifkan jalur sinyal sel atau dikenal sebagai mTOR, yang terlibat dalam pertumbuhan dan metabolisme sel.

Salah satu peran mTOR adalah mengatur penerjemahan RNA pembawa pesan menjadi protein, sehingga ketika mTOR diaktifkan, sel memproduksi lebih banyak protein.

Sintesis protein ini sangat penting bagi sel punca untuk berkembang biak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti menunjukkan aktivasi mTOR pada sel punca juga menyebabkan produksi sejumlah besar poliamin, sebuah molekul kecil yang membantu sel untuk tumbuh dan membelah.

"Dalam keadaan memberi makan kembali, Anda memiliki lebih banyak proliferasi, dan Anda perlu membangun massa sel. Hal ini membutuhkan lebih banyak protein, untuk membangun sel-sel baru, dan sel punca tersebut kemudian membangun lebih banyak sel yang terdiferensiasi atau jenis sel usus khusus yang melapisi usus," kata Saleh Khawaled, salah penulis utama studi.

Hasil penelitian itu juga mengungkap ketika sel punca berada dalam kondisi yang sangat regeneratif, mereka lebih rentan menjadi kanker.

Sel punca usus adalah salah satu sel yang paling aktif membelah diri di dalam tubuh, karena mereka membantu lapisan usus sepenuhnya setiap lima hingga 10 hari.

Karena sering membelah diri, sel puncak ini merupakan sumber sel prakanker yang paling umum di dalam usus.

Para peneliti, dalam studi tersebut, juga menemukan bahwa jika mereka mengaktifkan gen penyebab kanker pada tikus selama tahap pemberian makan, mereka jauh lebih mungkin mengembangkan polip prakanker daripada jika gen tersebut diaktifkan selama keadaan puasa.

Mutasi terkait kanker yang terjadi selama tahap pemberian makan kembali juga jauh lebih mungkin menghasilkan polip daripada mutasi yang terjadi pada tikus yang tidak menjalani siklus puasa dan pemberian makan kembali.

"Saya ingin menekankan bahwa ini semua dilakukan pada tikus, dengan menggunakan mutasi kanker yang sangat jelas. Pada manusia, hal ini akan menjadi keadaan yang jauh lebih kompleks," kata Yilmaz.

"Namun, penelitian ini membawa kita pada pemahaman berikut: Puasa itu sangat menyehatkan, tetapi jika Anda kurang beruntung dan Anda makan kembali setelah berpuasa, dan Anda terpapar mutagen, seperti steak yang hangus atau semacamnya, Anda mungkin benar-benar meningkatkan peluang Anda untuk mengembangkan lesi yang dapat menyebabkan kanker," imbuhnya.

Yilmaz juga menyatakan manfaat regeneratif dari puasa dapat menjadi signifikan bagi orang-orang yang menjalani pengobatan radiasi, yang dapat merusak lapisan usus, atau jenis cedera usus lainnya.

Laboratoriumnya sekarang sedang mempelajari apakah suplemen poliamina dapat membantu menstimulasi regenerasi semacam ini, tanpa perlu berpuasa.

"Penelitian yang menarik ini memberikan wawasan tentang interaksi yang kompleks antara konsumsi makanan, biologi sel punca, dan risiko kanker," kata Ophir Klein, profesor kedokteran di University of California di San Francisco dan Cedars-Sinai Medical Center, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Penelitian mereka meletakkan dasar untuk menguji poliamina sebagai senyawa yang dapat meningkatkan perbaikan usus setelah cedera, dan ini menunjukkan bahwa pertimbangan yang cermat diperlukan ketika merencanakan strategi berbasis diet untuk regenerasi untuk menghindari peningkatan risiko kanker," pungkasnya.

(tim/dmi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER