Ilmuwan Nilai Penerapan SNI Tahan Gempa Tak Sasar Rumah Rakyat

CNN Indonesia
Minggu, 01 Sep 2024 05:01 WIB
Ilmuwan menilai penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan tahan gempa di Indonesia hanya berfokus pada gedung, bukan rumah rakyat.
Ilmuwan menilai penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan tahan gempa di Indonesia hanya berfokus pada gedung, bukan rumah rakyat. (ANTARA FOTO/Rizal Hanafi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ilmuwan menilai penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan tahan gempa di Indonesia hanya berfokus pada gedung, sedangkan perumahan rakyat terabaikan.

Hal itu diungkap peneliti Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh November (MKPI ITS), Tavio, dalam Webinar Series Solusi Menghadapi Gempa Megathrust dengan Solusi Perkuatan Bangunan, Sabtu (31/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita selama ini selalu gembar-gembor mengenai SNI untuk bangunan gedung, tapi pada kenyataannya SNI untuk bangunan gedung hanya untuk sekelompok orang. Kalau kita jumlah, berapa sih yang tinggal di apartemen dan di gedung?" kata Tavio.

Tavio mengatakan jumlah orang yang tinggal di gedung lebih sedikit dibandingkan yang tinggal di perumahan rakyat. Sehingga ketika terjadi gempa dan rumahnya tidak dibangun sesuai SNI, maka akan menelan banyak korban.

Belum lagi, pembangunan gedung bisa menyewa konsultan perencana yang akan memperhatikan SNI. Sedangkan perumahan rakyat dibangun sendiri tanpa memperhatikan SNI. Karena itu, Tavio mengatakan masyarakat perlu diedukasi soal SNI.

"Ini yang tidak bisa ditoleransi kalau dikatakan itu salahnya masyarakat sendiri. Masyarakat tidak menguasai teknologi di bidang bangunan. (Harus dicari) bagaimana cara menertibkan dengan tindakan sosialisasi yang bersahabat dengan masyarakat," katanya.

Tavio mengatakan bangunan yang tidak dibangun sesuai SNI akan berbahaya saat terjadi gempa. Korban jiwa dalam gempa katanya bukan disebabkan oleh gempa itu sendiri tapi karena bangunan yang tidak aman.

Menurutnya, bangunan yang tidak standar bisa terjadi karena banyak pihak yang tidak mengetahui soal SNI bangunan gempa. Namun ada juga yang sudah tahu tetapi tetap tidak mematuhinya.

"Dan di kita memang juga data dari kerentanan bangunan-bangunan yang existing menjadi salah satu kendala. Kalau kita mau melakukan evaluasi kerentanan selalu data faktualnya jadi masalah apalagi bangunan rumah tinggal," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, ia mendorong penggunaan peredam dasar (base isolation) gempa berbasis karet untuk rumah. Apalagi, Tavio menekankan fakta Indonesia merupakan salah satu penghasil karet terbesar di dunia.

INFOGRAFIS: Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RIINFOGRAFIS: Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RI. (Basith Subastian/CNNIndonesia)

"Karena fokus kita adalah perumahan rakyat, jadi kita mulai dari karet. Karet kita melimpah dan harganya sangat murah kalau kita mau kembangkan," kata Tavio.

Tavio mengatakan peredam dasar bisa mengurangi dampak goncangan gempa lebih pelan terhadap bangunan. Peredam ditempatkan di antara fondasi rumah.

Saat ini, sambungnya, MKPI ITS sedang berusaha mengembangkan peredam dasar berbasis karet tetapi masih dalam jumlah terbatas karena keterbatasan peralatan.

Ia juga menyebut MKPI turut bekerjasama dengan sejumlah lembaga internasional untuk melakukan uji coba.

(fby/end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER