La Nina Aktif, Daerah-daerah Ini Justru Kering Kerontang

CNN Indonesia
Kamis, 14 Nov 2024 07:00 WIB
Ilustrasi. Sejumlah daerah di wilayah Indonesia terpantau masih mengalami kekeringan serta berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan. (Foto: iStock/Joa_Souza)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah daerah di wilayah Indonesia terpantau masih mengalami kekeringan serta berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meski saat ini La Nina sudah aktif. Simak prediksinya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan hingga dasarian I November 2024, masih ada daerah yang mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) alias kering kerontang ekstrem, yakni di Kejayan dan Sanganom di Jawa Timur. Kedua wilayah tersebut tercatat sudah tidak diguyur hujan selama 149 hari.

Sementara itu, dari pantauan citra satelit, pada dasarian tersebut juga masih terpantau tujuh titik panas di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, berdasarkan parameter indeks kesesuaian iklim pada November ini, beberapa wilayah di Sumatera Utara, Riau, dan NTT juga diprediksi bakal mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan kategori risiko tinggi.

BMKG, dalam unggahannya di Instagram, juga mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis pada dasarian II November atau 11 hingga 20 November di sejumlah wilayah Tanah Air, dengan kategori Siaga di beberapa kabupaten Sumatera Selatan dan kategori Waspada di beberapa kabupaten Sulawesi Tengah dan Sumatera Selatan.

Tidak hanya itu, BMKG juga mengungkap ada sejumlah daerah yang berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan dengan kategori risiko tinggi. Wilayah tersebut yakni Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.

"Saat ini baru 28 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Kepada masyarakat khususnya yang berada di wilayah dengan potensi kekeringan dan kebakaran lahan tinggi untuk mengantisipasi dampak risiko," demikian peringatan dari BMKG.

Potensi kekeringan di sejumlah daerah ini terjadi saat fenomena iklim La Nina, yang mampu meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, terpantau sudah aktif.

Namun, sejumlah daerah ternyata masih berpotensi mengalami kekeringan dalam beberapa waktu ke depan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya mengatakan hingga akhir Oktober kemarin, pemantauan terhadap suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan kecenderungan yang terus mendingin, dengan indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) sudah melewati ambang batas La Nina, yakni -0,59.

"[Ini] menunjukkan telah aktifnya gangguan iklim La Nina lemah. Sedangkan di Samudra Hindia, pantauan IOD [Indian Ocean Dipole] menunjukkan kondisi IOD negatif dengan indeks bulanan -0,74," jelas Dwikorita dalam Konferensi Pers Climate Outlook 2025 yang disiarkan secara daring di kanal YouTube BMKG, Senin (4/11).

Selama fenomena La Nina, ada sejumlah bencana yang berpotensi terjadi. Secara umum bencana-bencana tersebut berkaitan erat dengan hidrometeorologi.

Dengan peningkatan curah hujan saat La Nina, kemungkinan bencana yang dapat terjadi adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, bahkan badai tropis.

(dmi)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK