Apa Jadinya Jika Gempa Dahsyat Megathrust Guncang Jakarta?

CNN Indonesia
Jumat, 03 Jan 2025 07:00 WIB
Apa jadinya jika Jakarta diguncang gempa megathrust? Simak penjelasan pakar.
Ilustrasi. BMKG mencatat Jakarta sempat mengalami tsunami tiga kali sepanjang sejarah. (Foto: iStock/Bobbushphoto)

BMKG mencatat Jakarta sempat mengalami tsunami tiga kali sepanjang sejarah.

Pertama, pada 24 Agustus 1757 ketika Jakarta masih bernama Batavia, gempa kuat bergelombang yang berlangsung 5 menit mengguncang Jakarta. Pada pukul 02.05, saat guncangan terkuat, angin bertiup dari timur laut.

Air laut di Sungai Ciliwung, yang mengalir ke laut di Jakarta pun naik dengan ketinggian 0,5 meter di atas ketinggian biasanya dan turun dengan jumlah yang sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, tsunami juga pernah terjadi pada 16 Maret 1863. Saat itu, gempa terjadi di Pulau Jawa yang terasa agak kuat di daerah Lebak, dan dirasakan sedang di Jakarta dan Pulau Kapal di Teluk Jakarta, serta dirasakan lemah di Serang dan Caringin.

Tepat sebelum gempa, di Caringin teramati gelombang pasang bergulung di pantai dengan suara keras.

Ketiga, tsunami yang terjadi pada 20 Mei 1883. Kapal "Semarang" memasuki gelombang besar di Pulau Horn antara pukul 10.00 dan 12.00.

Gelombang itu menyebar dari utara timur laut ke barat laut. Saat itu, laut benar-benar tenang sebelum dan sesudah.

Sang kapten menduga bahwa fenomena tersebut berhubungan dengan erupsi krakatau, namun hal tersebut tidak benar. Catatan pengukur pasang surut di Tanjung Priok tidak menunjukkan osilasi yang tidak biasa.

Bisa seperti Aceh

Megathrust Selat Sunda menjadi ancaman serius karena zona ini bisa pecah kapan saja.

Eks Ketua Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Subardjo dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018 silam sempat menyampaikan ancaman tersebut.

"Berdasarkan segmentasi megathrust pada Peta Gempa Bumi Nasional pada tahun 2017, kita ketahui ada dua megathrust yang dekat dengan Jakarta, yang bisa mempengaruhi kerusakan bangunan atau infrastruktur yang ada di Jakarta," kata Subardjo saat itu.

Subardjo mengatakan yang jadi kekhawatiran para ilmuwan adalah zona Megathrust Selat Sunda, karena saat ini merupakan zona seismic gap.

Menurut dia jika Megathrust Selat Sunda pecah, bukan tidak mungkin Jakarta akan mengalami nasib serupa di Aceh seperti 20 tahun silam.

"Jika terjadi, Megathrust Selat Sunda itu berpotensi gempa dengan 8,7 SR, setara dengan 9.0 Magnitude Moment atau MW. Itu setara dengan gempa di Aceh (Desember 2004), sehingga akan menimbulkan tsunami," kata Subardjo.

"Tapi yang menjadi kekhawatiran bagi kita adalah bukan tsunaminya, tapi getarannya atau goncangannya, mengingat jarak antara Megathrust Selat Sunda dengan Jakarta itu sekitar 200-250 km, di bawah tanah Jakarta itu adalah tanah endapan atau aluvial yang bisa menimbulkan amplifikasi atau pun besaran-besaran amplitudo," lanjut dia.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER