Prabowo Singgung Manfaat Nuklir untuk RI, Bagaimana Keamanannya?

CNN Indonesia
Rabu, 26 Feb 2025 15:00 WIB
Presiden Prabowo Subianto menyinggung manfaat teknologi nuklir untuk Indonesia, mulai dari kesehatan hingga produksi pangan. Amankah?
Ilustrasi. Peneliti BRIN melakukan pengecekan kolam reaktor nuklir di fasilitas Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy, di kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/7/2024). (Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

Lembaga nirlaba, Greenpeace, dalam laman resminya, menilai bahwa tenaga nuklir bukan solusi untuk penanganan krisis iklim. Menurut mereka, ada enam alasan mengapa nuklir bukan solusi untuk mewujudkan masa depan yang bersih serta bebas karbon.

Pertama, energi nuklir hanya sedikit berkontribusi. Menurut Greenpeace, berdasarkan kajian World Nuclear Association dan OECD Nuclear Energy Agency, pelipatgandaan tenaga nuklir di seluruh dunia pada tahun 2050 hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 4 persen.

Pengurangan yang tidak signifikan itu juga hanya bisa terwujud dengan syarat pengoperasian 37 reaktor nuklir baru setiap tahunnya hingga tahun 2050.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan objek berbahaya dan rentan. Pabrik dan reaktor nuklir merupakan sasaran empuk untuk tindakan kejahatan, seperti ancaman teroris, kemungkinan kecelakaan pesawat baik yang disengaja maupun tidak, serangan siber, serta perang.

Struktur bangunan pabrik serta reaktor nuklir yang dipenuhi dengan material radioaktif tidak dirancang untuk menghadapi gangguan tindakan kejahatan tersebut.

Ketiga, energi nuklir mahal. Biaya untuk menghasilkan tenga surya berkisar US$36 hingga US$44 per megawatt-hour (MWh), sedangkan biaya untuk menghasilkan tenaga angin berkisar dari US$29 hingga US$56 per MWh.

Namun, biaya untuk menghasilkan tenaga nuklir berkisar dari US$112 hingga US$189 per MWh.

Keempat, energi nuklir dinilai lamban. Laporan World Nuclear Industry pada 2010 memperkirakan bahwa sejak 2009, rata-rata waktu konstruksi reaktor nuklir di seluruh dunia memakan waktu 10 tahun.

Perkiraan ini jauh dari estimasi yang diperhitungkan oleh World Nuclear Association (WNA) yang memperkirakan pembangunan reaktor nuklir hanya memakan waktu sekitar 5 hingga 8,5 tahun.

Kelima, energi nuklir menghasilkan limbah beracun dalam jumlah besar. Menurut Greenpeace, banyaknya tahapan dalam siklus bahan bakar nuklir berakibat pada banyaknya produksi limbah dengan kandungan radioaktif yang tinggi. Hingga saat ini belum ada pemerintahan yang mampu memecahkan solusi untuk mengolah limbah tersebut dengan aman.

Belum lagi, sebagian limbah nuklir ini akan tetap memiliki kandungan radioaktif yang tinggi selama ribuan tahun.

Keenam, industri nuklir dinilai usang. Selama 40 tahun terakhir, teknologi tenaga nuklir baru disebut-sebut akan menjadi hal yang besar.

Akan tetapi, meskipun dengan pendanaan publik, prospek itu hanya bualan belaka. Meskipun ada subsidi publik yang besar, prospek itu tidak berhasil.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER