Daftar Wilayah Masuk Kemarau Mei 2025, Siap-siap 'Terpanggang'

CNN Indonesia
Kamis, 01 Mei 2025 08:30 WIB
Sejumlah wilayah di Indonesia bakal masuk musim kemarau, yang berarti panas Matahari bakal semakin menyengat, mulai Mei 2025. Simak daftarnya.
Ilustrasi. Penampakan Sungai Cisadane yang mengering di Tangerang, Banten pada musim kemarau 2023. (Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL)

Selain memprediksi awal musim kemarau, BMKG juga menganalisis sifat musim kemarau yang akan terjadi.

Mayoritas wilayah diprediksi akan mengalami musim kemarau dengan kondisi normal, meskipun beberapa wilayah lainnya diperkirakan akan lebih kering atau lebih basah dari biasanya.

Berdasarkan perbandingan dengan rata-rata klimatologinya, Musim Kemarau 2025 diprediksi bersifat normal di 416 ZOM atau 60%, bersifat atas normal (lebih basah) di 185 ZOM atau 26%, dan bersifat bawah normal (lebih kering) di 98 ZOM atau 14%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau normal mencakup sebagian besar Sumatera, Jawa bagian Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua.

Sementara itu, wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah.

Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari rata-rata klimatologinya adalah Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

Lebih lanjut, Dwikorita memprediksi bahwa periode puncak musim kemarau di Indonesia pada tahun ini akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2025.

"Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025," katanya.

Mengenai dinamika atmosfer dan laut selama periode tersebut, pemantauan suhu muka laut pada awal Maret 2025 menunjukkan bahwa fenomena La Niña di Samudra Pasifik telah beralih menuju fase Netral dari El Nino Southern Oscillation (ENSO).

Di sisi lain, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) di Samudra Hindia juga berada dalam fase Netral. BMKG memprediksi kedua fenomena iklim global tersebut (ENSO dan IOD) akan tetap berada dalam fase Netral sepanjang musim kemarau 2025.

Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, dinamika atmosfer dan laut ini menyebabkan musim kemarau tahun ini berada dalam kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari iklim laut seperti ENSO dan IOD.

Kendati demikian, Ardhasena menegaskan bahwa potensi hujan tetap ada, terutama di beberapa wilayah Indonesia yang diprediksi memiliki sifat musim kemarau di atas normal, yang berpotensi menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.

"Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD. Oleh karena itu, prediksi kami untuk iklim tahun ini adalah normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan. Musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024," pungkas Ardhasena.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER