Dari Tegal ke Texas, Mengapa Tak Ada Satu Pun yang Aman dari Banjir?
Juli 2025 kembali menjadi saksi bagaimana dampak perubahan iklim kian mengganas: kota-kota besar di berbagai belahan dunia dilanda cuaca ekstrem dan banjir, menyebabkan kerugian besar dan mengancam kehidupan jutaan penduduk.
Dari pemukiman perkampungan di Tegal, daerah padat di Jakarta, hingga Texas, Amerika Serikat, cuaca ekstrem menyebabkan korban jiwa ratusan orang dan kerugian miliaran dolar, pada bulan Juli ini saja.
Makin sulit menemukan permukaan bumi yang sepenuhnya aman dari ancaman banjir yang kian intens.
Gelombang banjir global: melanda berbagai penjuru dunia
Texas, Amerika Serikat, menjadi salah satu sorotan utama di awal Juli. Hujan deras yang tiada henti antara 4 hingga 7 Juli 2025 menyebabkan Sungai Guadalupe meluap drastis. Tingkat air di Sungai Guadalupe naik sekitar 7,9 meter hanya dalam 45 menit di beberapa titik.
Banjir bandang ini menyapu kamp-kamp liburan dan RV park yang sedang ramai pengunjung.
Hingga Kamis (10/7), sedikitnya 120 orang tewas 84 di antaranya di Kerr County, dan sementara 160 orang lainnya masih dilaporkan hilang, termasuk anak-anak yang sedang ikut perkemahan musim panas.
Hujan ekstrem ini diperparah oleh sisa badai tropis Barry yang membawa kelembaban dari Meksiko ke Texas. Menurut ilmuwan atmosfer yang lebih hangat akibat perubahan iklim menahan lebih banyak uap air akibatnya meningkatkan kemungkinan terjadinya hujan ekstrem.
Sekitar 16 ribu km dari Texas, di Indonesia, banjir bandang telah lebih dulu merendam Tegal akhir Juni lalu. Hujan turun sepanjang malam (30/6), yang mengakibatkan banjir di sebagian wilayah Kabupaten dan Kota Tegal termasuk Kecamatan Bumijawa dan Bojong.
Air tak dapat ditampung oleh Kali Cenang saat hujan deras tiba, ditambah konstruksi lantai jembatan di Kali Cenang yang rendah kemudian membuat air meluber ke pemukiman sekitarnya.
Kurang dari sepekan sebelumnya, Tegal juga dilanda banjir rob yang juga menggenangi wilayah pantai Brebes dan Pemalang. Banjir rob ini menyebabkan genangan air laut masuk rumah warga di Kelurahan Muarareja dan Tegal Sari.
Ramalan BMKG menyebut rob berikutnya akan terjadi bulan Juli 2025, dengan puncak pasang maksimum diperkirakan bisa mencapai ketinggian satu meter.
Tegal hanya satu dari ratusan kota/kabupaten di Indonesia yang sudah menjadi lokasi banjir sepanjang paruh pertama 2025. Pidie sampai Bekasi, Medan sampai Mataram, Kutai sampai Binjai, korban jiwa mencapai ratusan orang, sekitar 4 juta jiwa mengungsi dengan kerugian materiil mencapai triliunan rupiah.
Menurut BNPB, Indonesia mengalami lebih dari 1,100 kejadian banjir dalam enam bulan terakhir-angka yang melampaui rata-rata tahunan sebelumnya.
Cuaca ekstrem adalah fenomena global
Tren ini konsisten dengan situasi cuaca ekstrem di seluruh dunia, dengan banjir dilaporkan dari lima benua.
Banjir dilaporkan terjadi di lokasi-lokasi yang bahkan selama puluhan tahun dianggap relatif 'aman' sebagai tempat tinggal dan dilengkapi infrastruktur memadai seperti di AS dan Australia.
Pada kenyataannya, situasi bencana kombo seperti hujan sangat lebat ditambah topan atau siklon menyebabkan banjir terburuk dalam sejarah. Ini antara lain terjadi di Australia di wilayah pesisir New South Wales pada akhir Mei lalu.
Mid North Coast dan sebagian wilayah Hunter Valley seperti Taree, Kempsey, Nambucca Heads, Port Macquarie, dan Coffs Harbour terendam akibat hujan yang normalnya terjadi selama beberapa bulan ternyata tercurah dalam tiga hari berturut-turut.
Akibatnya 5 orang meninggal dunia, 50 ribu orang terjebak di tengah kepungan banjir sementara 10 ribu rumah dan lokasi usaha rusak atau hancur.
Di Inggris, wilayah Manchester Raya mengalami banjir parah pada tahun baru 2025. Ratusan orang diungsikan setelah hujan turun selama 18 jam sepanjang malam tahun baru hingga besok harinya. Sungai Mersey di Manchester mencapai level tertinggi sepanjang sejarah mencapai 3,71 meter, begitu juga Sungai Tame di sebelahnya.
Meskipun Manchester dilengkapi infrastruktur pertahanan banjir yang cukup baik, volume curah hujan yang sangat besar melebihi standar global desain anti banjir dan menyebabkan luapan dan bahkan ambruknya banyak tanggul lokal.
Hujan ekstrim selama tiga hari juga yang menyebabkan banjir bandang di Chiang Rai, Thailand, pada akhir Juni sampai awal Juli. Hujan diikuti longsor yang merusak ratusan hektar sawah dan menewaskan sedikitnya 10 korban di Chiang Rai saja.
Pada Februari, ibu kota Bostwana, Gaborone, dilanda banjir besar. Hujan terlebat dalam 200 tahun, turun sekaligus dalam beberapa hari menyebabkan banjir bandang. Ribuan orang mengungsi dan 9 orang tewas kebanyakan anak-anak.
Di Aljazair pada pertengahan Mei hujan deras juga merendam sedikitnya 15 provinsi, diperparah dengan hujan batu es. Akibatnya jalan dan jembatan rusak, hewan seperti unta dan ayam kalkun hanyut, dan lima orang tewas.