BMKG Sebut Potensi Cuaca Ekstrem Masih Ada, Meski Kemarau Meluas

CNN Indonesia
Kamis, 17 Jul 2025 12:00 WIB
BMKG menilai berdasarkan dinamika atmosfer, cuaca eksterm di sebagian wilayah Indonesia masih berpeluang terjadi walau kemarau sudah meluas.
BMKG menilai berdasarkan dinamika atmosfer, cuaca eksterm di sebagian wilayah Indonesia masih berpeluang terjadi walau kemarau sudah meluas. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut potensi cuaca ekstrem masih membayangi sebagian wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan meski wilayah yang memasuki kemarau sudah lebih luas.

"Berdasarkan analisis terkini terhadap dinamika atmosfer, potensi cuaca ekstrem masih berpeluang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan, khususnya di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa bagian barat, serta wilayah tengah dan timur Indonesia," tulis BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 15-21 Juli 2025, Senin (14/7).

"Aktivitas gelombang ekuator di atmosfer, diperkirakan menjadi salah satu faktor penting yang memicu peningkatan konvektivitas dan pembentukan hujan di berbagai wilayah tersebut," tambahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama periode ini, BMKG memprediksi kombinasi aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan Mixed Rossby Gravity (MRG) secara bersamaan aktif di beberapa wilayah, seperti di Samudra Hindia barat Aceh hingga Sumatra Barat, wilayah selatan Lampung, serta di perairan barat Lampung hingga selatan Jawa Tengah, termasuk Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Kemudian, gelombang-gelombang ekuator di atmosfer tersebut berkontribusi terhadap peningkatan pembentukan awan konvektif dan potensi hujan di wilayah-wilayah tersebut.

Selain itu, sirkulasi siklonik diperkirakan berkembang di Samudra Hindia sebelah barat Sumatra Barat dan di Samudra Pasifik utara Papua, yang turut membentuk zona konvergensi dan konfluensi angin, masing-masing di wilayah barat Bengkulu (Samudra Hindia) dan timur Filipina (Samudra Pasifik), sehingga memperkuat dinamika atmosfer regional.

Cuaca signifikan juga berpotensi diperkuat oleh kondisi labilitas atmosfer yang tinggi, yang mendukung peningkatan aktivitas konvektif skala lokal.

BMKG memperkirakan kondisi ini terjadi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, hampir seluruh wilayah Kalimantan, serta di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, dan sebagian besar Papua.

Peningkatan kecepatan angin permukaan juga diprediksi melebihi 25 knot di sejumlah wilayah perairan, antara lain Laut Cina Selatan, perairan barat Aceh, Samudra Hindia barat Sumatra, Samudra Hindia barat daya Banten, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur, Laut Timor, Laut Arafuru, serta Samudra Pasifik utara Papua.

Kondisi tersebut berpotensi memicu peningkatan tinggi gelombang laut secara signifikan di wilayah-wilayah tersebut.

"Dengan kondisi atmosfer yang masih aktif dan kompleks ini, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, angin kencang, dan gelombang tinggi dalam beberapa hari ke depan," kata BMKG.

Lebih lanjut, pemantauan BMKG hingga dasarian I Juli menyebut sekitar 39 zona musim (ZOM) telah memasuki periode musim kemarau.

Peningkatan persentase wilayah yang memasuki kemarau ini disebut seiring dengan penguatan angin monsun Australia. Oleh karena itu, diprakirakan dalam sepekan ke depan, angin monsun Australia cenderung sesuai dengan normalnya, sehingga berpotensi meningkatkan persentase wilayah yang memasuki musim kemarau.

Meski demikian, potensi hujan lebat hingga ekstrem masih melanda beberapa wilayah, khususnya sebagian Sumatera, dan Jawa bagian dalam sepekan kedepan.

(lom/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER