Bakal Sampai Kapan Hujan di Musim Kemarau? Simak Prediksinya

CNN Indonesia
Sabtu, 09 Agu 2025 07:14 WIB
Hujan masih kerap mengguyur sejumlah wilayah selama musim kemarau 2025. Simak penjelasannya berikut ini.
Ilustrasi. Secara klimatologis, Agustus seharusnya menjadi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun kenyataannya, hujan masih rutin mengguyur beberapa daerah. (Foto: iStockphoto/Polina Panna)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hujan masih kerap mengguyur sejumlah wilayah selama musim kemarau 2025. Simak penjelasannya berikut ini.

Secara klimatologis, Agustus seharusnya menjadi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun kenyataannya, hujan masih rutin mengguyur beberapa daerah.

Fenomena ini dikenal sebagai kemarau basah, di mana curah hujan tetap terjadi secara berkala meski sedang memasuki musim kemarau.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat dalam tiga hari pertama Agustus 2025, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di beberapa wilayah. Maluku menjadi daerah dengan intensitas tertinggi mencapai 205,3 mm per hari, disusul Kalimantan Barat (89,5 mm/hari), Jawa Tengah (83 mm/hari), dan Jabodetabek (121,8 mm/hari).

Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa kondisi ini masih dalam batas normal secara klimatologis.

"Seperti yang disampaikan BMKG, kondisi ini akan berlanjut hingga musim hujan tiba," ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/8).

Fenomena kemarau basah ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, Indian Ocean Dipole (IOD) yang berada pada level negatif (-0,6) dengan suhu laut yang hangat, meningkatkan suplai uap air di atmosfer. Kedua, aktivitas gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif di wilayah Sumatera hingga Jawa bagian barat turut memicu pembentukan awan hujan.

Faktor lain adalah adanya Bibit Siklon Tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu yang memicu konvergensi angin di sepanjang Pulau Jawa.

Hal ini ditambah suhu muka laut yang hangat di perairan Indonesia dan aktivitas gelombang atmosfer seperti Kelvin, Rossby Ekuator, serta Low-Frequency yang sedang aktif.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan prediksi curah hujan bulanan menunjukkan anomali yang telah terjadi sejak Mei 2025 ini akan berlanjut hingga Oktober.

"Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut," jelasnya dalam konferensi pers daring awal Juli lalu.

Terpisah pada Juli lalu, pakar Klimatologi BRIN Erma Yulihastin memprediksi curah hujan pada Agustus akan dua kali lipat lebih tinggi dibanding Juli, terutama pada dasarian ketiga (21-31 Agustus).

"Nanti Agustus itu 2 kali lipat hujan yang sekarang. Terjadi di dasarian ketiga. Dasarian ketiga itu berarti tanggal 21 sampai akhir Agustus," katanya dalam sebuah unggahan di media sosial X, Senin (7/7).

Menurutnya, cuaca buruk pada periode Agustus kemungkinan sifatnya lebih merata. Ia mengatakan vorteks akan lebih dekat dengan wilayah Indonesia dan menimbulkan peningkatan intensitas dua kali lipat dibandingkan saat ini.

"Oleh karena itu pemerintah agar bersiap dan memitigasi banjir meluas di Jabodetabek, yang berpotensi menimbulkan kerugian Rp2-10 triliun jika terjadi banjir selama seminggu. Masyarakat agar waspada, terutama yang tinggal di sekitar DAS," tuturnya.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER