Masuk Agustus, Apakah Hujan Masih Akan Guyur Indonesia?

CNN Indonesia
Jumat, 01 Agu 2025 08:50 WIB
BMKG memprediksi intensitas hujan di Sumatera dan Jawa akan meningkat pada sepekan pertama bulan Agustus. Simak prediksinya.
Ilustrasi. BMKG memprediksi intensitas hujan di Sumatera dan Jawa akan meningkat pada sepekan pertama bulan Agustus. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia sudah memasuki Bulan Agustus, yang seharusnya bakal menjadi fase puncak musim kemarau. Namun begitu, apakah hujan masih akan mengguyur selama Agustus?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia akan meningkat selama sepekan ke depan. Peningkatan ini terjadi di tengah ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah.

Berdasarkan produk citra satelit Himawari-9 yang dirilis oleh BMKG pada Senin (28/7) pukul 10.00 WIB, terdeteksi adanya sebaran asap di wilayah Kalimantan Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, terdeteksi sebaran titik panas (Hotspot) pada 27 Juli dengan tingkat kepercayaan tinggi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti di Sumatera dengan 3 titik panas, Kalimantan dengan 11 titik panas, dan Jawa dengan 1 titik panas.

"Hal ini menunjukan adanya indikasi potensi kebakaran hutan atau lahan yang signifikan di sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan," tulis BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 29 Juli-4 Agustus 2025.

Meski demikian, intensitas hujan di Sumatera dan Jawa diprediksi meningkat dibandingkan pekan sebelumnya.

Dalam beberapa hari terakhir, BMKG mencatat hujan lebat telah terjadi di wilayah Sumatra Barat, Riau, Jawa Barat, Kalimantan Utara, dan Papua Barat Daya pada periode 25-27 Juli.

Analisis dinamika atmosfer terkini masih menunjukkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

BMKG mengatakan kondisi ini didukung oleh berbagai faktor, mulai dari skala regional hingga lokal, yang secara kolektif menciptakan kondisi atmosfer yang labil dan kondusif untuk pembentukan awan-awan hujan dengan intensitas bervariasi.

Analisis kondisi iklim global menunjukkan ENSO dan Dipole Mode berada pada kategori netral. Meskipun demikian, nilai SOI yang positif (+7.5) mengindikasikan adanya aliran massa udara dari Pasifik yang menambah suplai uap air ke wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur.

Secara regional, pantauan Outgoing Longwave Radiation (OLR), kombinasi antara gelombang ekuator Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan low frequency menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif yang signifikan, di akhir bulan Juli hingga awal Agustus di sebagian wilayah Sumatera, Jawa-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Kemudian, daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi diprediksi terjadi dan memanjang dari Sumatra Selatan hingga Sumatra Barat, di Kep. Riau, di Selat Malaka, di Laut Andaman, dari Samudra Hindia Barat lampung hingga Barat Bengkulu, dari Jawa Timur hingga Jawa Barat, di Nusa Tenggara Barat, di Nusa Tenggara Timur, di Papua Selatan, dan dari Papua Pegunungan hingga Papua Barat Daya.

Sementara itu, daerah pertemuan angin atau konfluensi terpantau di Laut Andaman, Laut China Selatan, Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, Laut Filipina, dan Samudra Pasifik utara Pulau Papua.

Kondisi ini disebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.

Lebih lanjut, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi peningkatan kecepatan angin permukaan di sejumlah wilayah perairan yang mampu meningkatkan gelombang.

"Dengan memperhatikan kompleksitas dinamika atmosfer tersebut, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan proaktif dalam mengantisipasi potensi cuaca signifikan seperti kekeringan dengan potensi kebakaran hutan dan lahan, meski di sisi lain perlu tetap diwaspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah masing-masing selama sepekan ke depan," pungkas BMKG.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER