IBM dan NASA Luncurkan AI Surya untuk Prediksi Badai Matahari
IBM dan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis model kecerdasan buatan (AI) bernama Surya, Rabu (20/8) lalu. AI ini disebut bisa memprediksi kondisi matahari.
Teknologi ini diharapkan membantu melindungi infrastruktur penting di bumi, mulai dari satelit komunikasi, jaringan listrik, hingga sistem transportasi.
Surya dikembangkan dari data Solar Dynamics Observatory (SDO). SDO adalah satelit NASA yang sejak 2010 merekam gambar resolusi tinggi permukaan matahari setiap 12 detik.
Dengan data sebesar itu, AI dilatih untuk mengenali pola aktivitas matahari dan memprediksi munculnya solar flare atau suar surya hingga dua jam sebelum terjadi.
Master Inventor IBM Research Campbell Watson mengatakan kemampuan teknologi ini akan sangat penting untuk mitigasi risiko global.
"Matahari punya dampak besar pada aktivitas kita di luar angkasa, dari paparan radiasi terhadap astronot hingga gangguan navigasi satelit," kata Watson kepada CNN Indonesia di New York.
Menurutnya dengan teknologi AI ini, bisa diprediksi badai matahari lebih cepat sehingga operator bisa mengambil langkah pencegahan sebelum gangguan besar benar-benar terjadi.
Surya dirilis secara open-source di platform Hugging Face, lengkap dengan data set pendukung bernama SuryaBench. Dengan langkah ini, peneliti, akademisi, maupun startup di berbagai negara dapat memanfaatkan dan mengembangkan model tersebut sesuai kebutuhan lokal.
Watson menambahkan, teknologi ini bukan hanya untuk penelitian akademis, "Surya memberi kita waktu. Waktu untuk menyelamatkan, waktu untuk bersiap. Itu yang paling penting," ujarnya.
Meski jauh, badai matahari bisa berdampak pada negara berkembang seperti Indonesia. Gangguan satelit komunikasi dapat memengaruhi layanan internet, navigasi transportasi, hingga sistem keuangan digital.
Dengan sifatnya yang terbuka, peneliti di Indonesia berpeluang menggunakan Surya untuk memperkuat riset cuaca ekstrem dan meningkatkan ketahanan infrastruktur nasional.
(rsa/sur)