Hujan masih berpotensi mengguyur sejumlah wilayah Indonesia di musim kemarau ini jelang bulan September. Simak prediksinya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Namun, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih terjadi di Indonesia bagian barat dan tengah, sementara hujan sedang hingga lebat lebih dominan terjadi di bagian timur.
Menurut catatan BMKG, dalam sepekan terakhir, hujan sangat lebat hingga ekstrem terjadi di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku, dengan curah hujan tertinggi 166,4 mm/hari di Bitung, 161,4 mm/hari di Bogor, dan 115 mm/hari di Banda Neira.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi hujan yang masih signifikan tersebut dipicu oleh beberapa faktor. Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer yang tengah aktif, ditambah suhu permukaan laut yang lebih hangat dari biasanya, meningkatkan pembentukan awan hujan," kata BMKG dalam laman resminya, Rabu (27/8).
Lihat Juga :![]() Laporan dari New York IBM dan NASA Luncurkan AI Surya untuk Prediksi Badai Matahari |
Selain itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatra serta pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) di Papua Tengah turut memperkuat proses konveksi. Di sisi lain, keberadaan Siklon Tropis Kajiki di Laut China Selatan dan Bibit Siklon 93W di utara Maluku Utara juga memicu angin kencang dan berpotensi meningkatkan tinggi gelombang di perairan sekitarnya.
BMKG memprediksi dalam sepekan ke depan, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami pembentukan awan hujan yang signifikan.
Menurut BMKG kondisi ini dipicu oleh interaksi faktor atmosfer skala global, regional, hingga lokal yang mempertahankan atmosfer dalam keadaan labil dan mendukung perkembangan awan konvektif.
"Akibatnya, hujan dengan intensitas ringan hingga lebat berpeluang terjadi di berbagai wilayah," ujar BMKG.
Menurut BMKG pada skala global, Dipole Mode Index (DMI) −0,91 menunjukkan IOD negatif lemah yang cenderung meningkatkan pasokan uap air ke Indonesia bagian barat. Sementara indeks Nino3.4 −0,22 (netral) dan SOI +2,0 (netral) tidak memberikan penguatan pembentukan awan yang berarti.
BMKG memprediksi dalam beberapa hari ke depan MJO diperkirakan menguat dan bergeser ke fase 4 dan semakin mendekati wilayah Indonesia.
Sementara itu, pada skala regional, potensi hujan diperkuat oleh gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, dan Mixed Rossby Gravity (MRG) yang aktif di Sumatera, Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku, dan sebagian Papua. Selain itu, gelombang berfrekuensi rendah (low frequency) persisten di Lampung, sebagian Jawa dan Kalimantan, serta sebagian besar Indonesia timur.
"Kondisi ini sejalan dengan anomali OLR negatif dan SST yang lebih hangat di sejumlah perairan, sehingga mampu meningkatkan peluang pembentukan awan hujan," ujar lembaga meteorologi itu.
(dmi/dmi)