KRISIS IKLIM

Studi Ungkap 6.000 Orang di Indonesia Mati Akibat Deforestasi

CNN Indonesia
Selasa, 09 Sep 2025 16:30 WIB
Ilustrasi. Deforestasi bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga pemanasan yang dialami oleh penduduk di wilayah yang terkena dampak tersebut. (Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah studi terbaru menemukan deforestasi menyebabkan puluhan ribu kematian di wilayah tropis akibat penyakit yang berkaitan dengan panas. Jumlah kematian tertinggi salah satunya terjadi di Indonesia.

Para penulis studi mengatakan pembalakan lahan meningkatkan suhu di hutan hujan Amazon, Kongo, dan Asia Tenggara karena mengurangi tutupan, mengurangi curah hujan, dan meningkatkan risiko kebakaran.

Deforestasi bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga pemanasan yang dialami oleh penduduk di wilayah yang terkena dampak tersebut, selain efek gangguan iklim global.

Sekitar 345 juta orang di wilayah tropis mengalami pemanasan lokal yang disebabkan oleh deforestasi antara tahun 2001 dan 2020. Bagi 2,6 juta di antaranya, pemanasan tambahan ini menambah 3 derajat Celcius pada paparan panas yang mereka alami.

Dalam banyak kasus, hal ini disebut berakibat fatal. Para peneliti memperkirakan bahwa pemanasan akibat deforestasi bertanggung jawab atas 28.330 kematian per tahun selama periode 20 tahun tersebut.

Dari jumlah tersebut, para peneliti menyebut kematian paling tinggi terjadi di Asia Tenggara dengan 15.680 kematian per tahun. Hal tersebut dikarenakan populasi yang terpapar relatif besar, terutama di Indonesia yang memiliki kerentanan panas yang lebih tinggi.

Kemudian, sekitar sepertiganya terjadi di Afrika, dan sisanya di Amerika Tengah dan Selatan.

Para peneliti menyebut 62,9 juta orang Indonesia tinggal di wilayah yang kehilangan tutupan hutan. Sekitar 48,9 juta atau 78 persen di antaranya terpapar oleh peningkatan suhu akibat deforestasi.

Di wilayah Asia Tenggara saja, dari 15.680 kematian per tahun akibat deforestasi, 6.730 orang berasal dari Indonesia, angka yang sangat mengkhawatirkan.

Dalam studi yang diterbitkan pada Rabu (27/8) di jurnal Nature Climate Change ini, para peneliti di Brasil, Ghana, dan Inggris membandingkan tingkat kematian non-kecelakaan dan suhu di daerah-daerah yang terkena dampak pembukaan lahan tropis.

"Kematian akibat panas yang disebabkan oleh deforestasi menyumbang 1,1 persen dari kematian non-kecelakaan di wilayah-wilayah yang mengalami kehilangan hutan tropis, meningkat menjadi 1,6 persen di Asia Tenggara," kata para peneliti dalam makalahnya.

"Penelitian sebelumnya memperkirakan bahwa pemanasan akibat kombinasi perubahan iklim global dan deforestasi selama periode 2002-2018 berkontribusi sebesar 7,3-8,5 persen terhadap kematian akibat semua penyebab di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Indonesia," lanjut para peneliti.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bagaimana penebangan dan pembakaran pohon menyebabkan pemanasan lokal jangka panjang, tetapi riset terbaru ini adalah yang pertama menghitung jumlah korban jiwa yang diakibatkannya.

Profesor Dominick Spracklen dari Universitas Leeds mengatakan pesan utama dari riset ini adalah "deforestasi membunuh".

Ia memperkirakan banyak orang akan terkejut dengan temuan ini karena bahaya lokal deforestasi sering terabaikan dalam debat iklim global dan perluasan wilayah pertanian yang berorientasi pasar.

Sebagai contoh, ia menunjuk ke wilayah Mato Grosso di Brasil, di mana telah terjadi deforestasi besar-besaran untuk membuka lahan bagi perkebunan kedelai yang luas.

Petani dari wilayah tersebut kini mendesak agar moratorium kedelai di Amazon dihentikan agar mereka dapat membersihkan lebih banyak wilayah.

Spracklen mengatakan bahwa menjaga kanopi hutan tetap utuh akan menyelamatkan nyawa dan meningkatkan produksi pertanian.

"Jika Mato Grosso dapat mempertahankan hutannya, penduduk di sana akan mengalami stres panas yang lebih sedikit," katanya, dikutip dari The Guardian.

"Ini bukan hanya negara-negara Barat yang mendesak perlindungan hutan demi iklim global. Hutan-hutan ini secara langsung memberikan manfaat bagi komunitas lokal. Mereka mengatur suhu, mendatangkan hujan, dan mendukung pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakat. Hutan-hutan ini tidak diam saja - mereka bekerja keras dan melakukan hal yang sangat penting bagi kita," tambahnya.

(lom/dmi)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK