Gempa Megathrust M 8,8 dan Tsunami Hantui Yogyakarta

CNN Indonesia
Senin, 29 Sep 2025 11:31 WIB
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut sebagai wilayah rawan gempa bumi dan tsunami.
Ilustrasi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk selalu siaga terhadap potensi aktivitas seismik yang bisa terjadi sewaktu-waktu di Yogyakarta. Istockphoto/ Doguhakan
Jakarta, CNN Indonesia --

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut sebagai wilayah rawan gempa bumi dan tsunami, dengan potensi gempa megathrust berkekuatan hingga M8,8. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk selalu siaga terhadap potensi aktivitas seismik yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan wilayah DIY, khususnya pesisir selatan, memiliki aktivitas seismik dengan intensitas yang tinggi.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir saja tercatat 114 gempa bumi dengan magnitudo di atas 5, dua di antaranya bersifat merusak, serta 44 gempa yang dirasakan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (PUSGEN) 2017, potensi gempa megathrust di selatan Pulau Jawa bahkan bisa mencapai magnitudo M8,8, yang berisiko memicu tsunami besar.

"Ancaman ini nyata dan bisa terjadi tiba-tiba. Karena itu, kesiapsiagaan harus terus diperkuat," ujar Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) di Kulon Progo, Selasa (23/9), dalam keterangan tertulis.

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita menyoroti posisi strategis Kabupaten Kulon Progo yang terletak di pesisir selatan DIY. Selain berada di zona rawan bencana, kawasan ini menjadi pintu gerbang wisata Yogyakarta karena keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA).

Ia menyebut YIA sebagai satu-satunya bandara di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara atau mungkin di dunia, yang sejak awal dirancang khusus untuk menghadapi ancaman gempa megathrust dan tsunami.

"Keberadaan YIA adalah simbol kesiapsiagaan bencana. Dengan desain khusus tersebut, Kulon Progo memiliki peluang menjadi contoh daerah tangguh bencana. Ketangguhan inilah yang akan menjaga rasa aman masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan wisatawan dan investor," tuturnya.

Sebagai upaya mitigasi ancaman gempa dan tsunami, BMKG sendiri menggencarkan sejumlah program, mulai dari Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami, Masyarakat Siaga Tsunami, hingga BMKG Goes To School.

Saat ini, enam desa di DIY telah diakui sebagai Masyarakat Siaga Tsunami. Sementara itu, program edukasi kebencanaan di sekolah telah menjangkau 166 sekolah dengan lebih dari 20 ribu peserta.

Seluruh program tersebut bertujuan menumbuhkan kesadaran serta kemampuan masyarakat dalam merespons tanda-tanda bahaya dan memahami sistem peringatan dini.

Dwikorita turut menyoroti pentingnya implementasi 12 Indikator Tsunami Ready yang ditetapkan UNESCO-IOC. Indikator ini mencakup pembangunan rambu evakuasi, peta bahaya tsunami, hingga rencana kontinjensi.

"Jika indikator tersebut dipenuhi, target zero victim bukan mustahil tercapai. Kuncinya adalah sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta dalam membangun kesiapsiagaan yang berkelanjutan," terangnya.

Lebih lanjut, Dwikorita menegaskan bahwa meskipun bencana tidak dapat dicegah, dampaknya bisa diminimalkan.

"Dengan kesiapsiagaan, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memastikan pembangunan dan pariwisata tetap berkelanjutan," pungkasnya.

(lom/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER