Kenapa Cuaca Ekstrem Makin Sering dan Sebabkan Bencana? Ini Jawabannya
Bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar) sejak beberapa waktu lalu. Akibat peristiwa tersebut, total 442 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 402 lainnya masih dinyatakan hilang.
Sejumlah pihak menyebut, salah satu penyebab bencana banjir tersebut adalah cuaca ekstrem dan kemunculan Siklon Tropis Senyar yang membuat curah hujan sangat lebat. Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada periode 25-27 November 2025, beberapa kota/kabupaten di wilayah tersebut mengalami hujan dengan intensitas mencapai kategori ekstrem, termasuk di Aceh Utara, (310,8 mm/hari), Medan (262,2 mm/hari), Tapanuli Tengah (229,7 mm/hari), dan Padang Pariaman (154 mm/hari).
Lantas, kenapa cuaca ekstrem makin sering terjadi dan intensitasnya semakin parah?
Kejadian cuaca ekstrem tak bisa lepas dari krisis iklim yang membuat Bumi semakin panas dalam beberapa tahun terakhir. Iklim Bumi berubah secara dramatis selama 4,5 miliar tahun sejarahnya.
Lingkungan menjadi lebih hangat dan lebih dingin dari sebelumnya. Namun, laju perubahan sekarang ini menjadi lebih membahayakan dan mengkhawatirkan.
Sejumlah pakar dan penelitian mengungkap bahwa suhu Bumi yang terus meningkat dan kian panas bakal berdampak pada kekacauan pola fenomena iklim yang memicu kekeringan dan hujan deras, yakni El Nino dan La Nina, yang artinya cuaca ekstrem makin ngeri.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap seiring dengan perubahan iklim Bumi, hal ini berdampak pada fenomena cuaca ekstrem di seluruh planet.
"Gelombang panas yang memecahkan rekor di daratan dan lautan, hujan lebat, banjir parah, kekeringan berkepanjangan, kebakaran hutan ekstrem, dan banjir luas selama badai tropis semakin sering terjadi dan semakin intens," kata NASA, dalam situs resminya, dikutip Senin (1/12).
Data terbaru dari NASA juga menunjukkan lonjakan signifikan peristiwa cuaca ekstrem, seperti kekeringan dan banjir selama lima tahun terakhir.
Studi tersebut menunjukkan bahwa peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih sering terjadi, berlangsung lebih lama, dan lebih parah, dengan angka tahun lalu mencapai dua kali lipat rata-rata periode 2003-2020.
Para peneliti mengaku terkejut dan khawatir dengan angka-angka terbaru dari satelit Grace NASA, yang memantau perubahan lingkungan di planet ini. Menurut mereka perubahan iklim adalah penyebab paling mungkin dari tren yang terlihat, meskipun intensitas peristiwa cuaca ekstrem tampaknya meningkat lebih cepat daripada suhu global.
Menurut laporan The Guardian pada Juni lalu, data tersebut belum melalui proses peer-review. Para peneliti mengaku membutuhkan waktu 10 tahun atau lebih untuk memastikan apakah hal ini dapat disebut sebagai tren.